digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

ABSTRAK Arief Awaluddin Rahman
PUBLIC Irwan Sofiyan

Hutan dapat memberikan manfaat untuk manusia yaitu sebagai layanan kesehatan (healing service). Salah satu bentuk pemanfaatan layanan kesehatan yaitu wisata hutan untuk terapi kesehatan (healing forest). Taman Hutan Raya (Tahura) berencana melakukan pengembangan pengelolaan wisata healing forest, sehingga perlu ditentukan identifikasi lokasi yang sesuai untuk aktivitas healing forest. Tujuan dari penelitian ini adalah 1) Menganalisis kesesuaian lokasi/tapak dan jalur aktivitas wisata hutan untuk terapi kesehatan (healing forest) dengan di Tahura Djuanda, 2) Menentukan perubahan respon kesehatan individu setelah beraktivitas di wisata hutan untuk terapi kesehatan (healing forest), 3) Menentukan rekomendasi pengelolaan pengembangan wisata hutan untuk terapi kesehatan (healing forest) di Tahura Djuanda. Penentuan lokasi penelitian dilakukan menggunakan penginderaan jauh dengan mempertimbangakan karakteristik kerapatan tajuk, kelerengan, blok kawasan di Tahura Djuanda. Pengukuran karakteristik fisik lebih detail menggunakan foto udara drone dengan parameter kelerengan, kerapatan tajuk suhu udara, kelembaban udara, kebisingan, intensitas cahaya, kecepatan udara dan Negative air ion (NAI). Terdapat tujuh titik tapak pengukuran di lapangan, kemudian dibandingkan dengan nilai karakteristik fisik ideal menurut SNI. Respon kesehatan (tekanan darah, denyut nadi, kadar oksigen, physical stress, mental stress, dan stress score) diukur terhadap 35 responden sebelum dan setelah melakukan aktivitas healing forest. Data penginderaan jauh dianalisis menggunakan Sistem Informasi Geografis (SIG), dan pengujian hipotesis pengaruh respon kesehatan dengan uji statistik komparasi. Hasil penelitian menunjukan terdapat kawasan penelitian yang sesuai yaitu seluas 4,7 ha. Berdasarkan karakteristik fisik, pengembangan wisata hutan untuk terapi kesehatan (healing forest) dapat dilakukan dengan memilih kondisi di pagi hari. Terdapat perubahan signifikan setiap respon kesehatan kearah normal (sig <0,05). Berdasarkan kriteria dan indikator SNI wisata hutan untuk terapi kesehatan, lokasi penelitian baru memenuhi 77% dari keseluruhan indikator, sehingga pengembangan pengelolaan pada indikator yang kurang yaitu kebisingan, termal, aksesibiltas, fasilitas, estetika pemandangan alam dan fasilitas fisik, peningkatan sumber daya manusia serta jenis aktivitas.