Produk perikanan sangat penting dalam ketahanan pangan, pemenuhan gizi, pengentasan
kemiskinan, dan kesejahteraan umum. Sebagai salah satu negara maritim terkemuka di dunia,
Indonesia memiliki potensi untuk meningkatkan dan mengembangkan sektor perikanan khususnya
perikanan budidaya. Keberlanjutan dalam budidaya akuakultur perlu ditekankan untuk
meningkatkan produksi akuakultur. Oleh karena itu, eFishery melihat peluang ini untuk
mengembangkan inovasi di bidang akuakultur. Namun, seiring dengan perkembangan bisnis,
mengukur keberlanjutan dalam akuakultur menjadi tantangan karena masalah yang signifikan
dalam memperoleh data dan menetapkan indikator.
Melalui kajian ini, penulis mengembangkan beberapa indikator dengan menggunakan tiga
dimensi keberlanjutan, lingkungan, sosial, dan ekonomi, untuk menciptakan model penilaian
keberlanjutan yang baru. Penulis menggunakan indikator seperti kualitas air, FCR, SR, kesadaran
pembudidaya tentang kesehatan ikan, pengalaman pembudidaya, kepemilikan wilayah budidaya,
pengaturan semua aspek pengelolaan budidaya terkait teknologi, kepadatan stok per tambak,
produktivitas tambak , pendapatan petani yang adil, dan akses pasar. Selain itu, penulis juga
menentukan pengaruh kinerja keuangan budidaya dan karakteristik petani terhadap penilaian
keberlanjutan. Kinerja Keuangan ditentukan oleh tingkat keuntungan, dan karakteristik petani
ditentukan oleh usia petani, pengalaman, total tambak, dan sumber pendapatan lainnya. Penulis
menggunakan kajian sistematik penelitian sebelumnya tentang akuakultur untuk mengembangkan
indikator dan melakukan pengujian hipotesis dengan analisis regresi berganda menggunakan
perangkat lunak SPSS 26.
Tujuan penulis adalah untuk membangun sistem indikator untuk menilai dan memantau budidaya
agar berkelanjutan. Hasil penilaian keberlanjutan menunjukkan bahwa 85,7% petani di proyek
ini telah mempraktikkan keberlanjutan yang baik. Nilai skor terendah 36,36%, dan skor tertinggi
90,91%, dimana rata-rata skor 63,64%. Hasil analisis regresi berganda, tingkat keuntungan
berpengaruh positif dan signifikan terhadap skor keberlanjutan. Sebaliknya, usia pembudidaya,
pengalaman, total tambak, dan sumber pendapatan lainnya memiliki pengaruh yang tidak
signifikan terhadap skor keberlanjutan.