digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

ABSTRAK Zainur Aini Arifah
Terbatas Yoninur Almira
» ITB

BAB 1 Zainur Aini Arifah
Terbatas Yoninur Almira
» ITB

BAB 2 Zainur Aini Arifah
Terbatas Yoninur Almira
» ITB

BAB 3 Zainur Aini Arifah
Terbatas Yoninur Almira
» ITB

BAB 4 Zainur Aini Arifah
Terbatas Yoninur Almira
» ITB

BAB 5 Zainur Aini Arifah
Terbatas Yoninur Almira
» ITB

PUSTAKA Zainur Aini Arifah
Terbatas Yoninur Almira
» ITB

LAMPIRAN Zainur Aini Arifah
Terbatas Yoninur Almira
» ITB

Sebagai konsekuensi dari tatanan geologis dan letak geografis Indonesia, Indonesia memiliki beberapa bencana dengan intensitas tinggi, yaitu diantaranya banjir, tanah longsor, banjir bandang, cuaca ekstrem, abrasi, serta kekeringan. Kondisi tersebut menuntut Indonesia untuk memiliki kemampuan penanggulangan bencana yang memadai. Fase pemulihan yang menjadi salah satu fase penting dilakukan untuk mengembalikan keadaan wilayah kembali seperti keadaan semula atau lebih baik dari sebelumnya melalui normalisasi aspek-aspek yang lumpuh akibat bencana. Salah satu aspek penting dari fase pemulihan bencana adalah ketahanan masyarakat. Melalui penelaahan dari komponen pengukuran resiliensi dalam Disaster Resilience of Place (DROP) Model yang dikembangkan oleh Cutter (2014), penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi resiliensi masyarakat terhadap bencana banjir yang terjadi setiap tahun di Desa Wonoasri. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu penelitian deskriptif dengan metode pendekatan kuantitatif. Pengumpulan data dilakukan dengan penyebaran kuesioner kepada 100 responden, wawancara kepada beberapa pemangku kepentingan yang terlibat, serta pengumpulan data sekunder dari berbagai sumber. Metode analisis yang digunakan yaitu analisis deskriptif, analisis konten, serta penskoran seluruh indikator yang dibagi ke dalam enam aspek (ekologis, sosial, kemampuan komunitas, ekonomi, infrastruktur, serta kelembagaan). Dari penelitian tersebut, diperoleh hasil bahwa tingkat resiliensi masyarakat di Desa Wonoasri termasuk ke dalam kategori tinggi, yaitu dengan indeks sebesar 0,748. Indeks tersebut merupakan indeks komposit dari indikator-indikator yang diklasifikasikan berdasarkan enam aspek tersebut di atas. Dari ke enam aspek tersebut, aspek sosial merupakan aspek yang memiliki kategori resiliensi sedang, sedangkan aspek lainnya memiliki kategori resiliensi yang tinggi. Beberapa indikator yang memiliki skor rendah diantaranya yaitu pemasok makanan lokal, keberadaan penduduk berkebutuhan khusus dan pelayanannya, fasilitas dukungan kesehatan mental, ketersediaan layanan konseling, kondisi ketenagakerjaan, ketersediaan penampungan sementara, serta keberadaan kesinambungan rencana; sehingga perlu ditingkatkan untuk meningkatkan resiliensi masyarakat desa terhadap bencana banjir.