digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Bahan cetak kedokteran gigi diperlukan dalam prosedur klinis untuk menghasilkan replika negatif jaringan intraoral dan ekstraoral, yang dapat ditransfer menjadi model studi sebagai catatan struktur oral dan model kerja untuk mendesain dan rekonstruksi perawatan kesehatan gigi. Bahan cetak elastis lebih umum digunakan pada pencetakan struktur gigi atau daerah cembung pada rahang tidak bergigi karena sifatnya yang fleksibel. Berbagai bahan cetak elastis telah berkembang sejak lama, namun sayangnya bahan-bahan tersebut memiliki keterbatasan. Selain alginat, bahan silikon adisi yang merupakan pilihan populer diantara bahan cetak elastis ternyata relatif sulit didapat dan biayanya cukup tinggi di pasaran Indonesia dikarenakan hampir seluruh produknya merupakan bahan impor. Beberapa penelitian telah dilakukan untuk dapat mengatasi permasalahan ini, diantaranya dengan memodifikasi penggunaan bahan pengisi (filler) yang umumnya anorganik pada campuran bahan cetak, tetapi penelitian tersebut tetap memiliki keterbatasan karena bahan anorganik tetap perlu diwaspadai dengan kemungkinan adanya gangguan sistem pernafasan. Kondisi ini menggagas penggunaan tepung beras ketan sebagai sumber bahan pengisi organik utama yang lebih aman dan merupakan potensi alam Indonesia untuk dijadikan campuran bahan cetak kedokteran gigi. Pemilihan tepung beras ketan sebagai bahan pengisi adalah karena ukuran butirannya yang kecil dan morfologinya dapat berubah menjadi ukuran nano yang akan bermanfaat dalam viskositas untuk keperluan pencetakan, terutama di daerah struktur gigi yang tipis agar sesuai indikasi perawatan kedokteran gigi dan diharapkan dapat memperbaiki sifat bahan cetak. Tujuan dilaksanakannya penelitian ini adalah untuk menghasilkan bahan pengisi alternatif berbasis nanopresipitasi tepung beras ketan yang dapat diaplikasikan sebagai bahan cetak yang teruji dan aman dalam bidang kedokteran gigi. Metode penelitian dilakukan secara bertahap. Tahap pertama dilakukan dengan metode presipitasi menggunakan penambahan fasa organik terhadap fasa aqueous yang dibandingkan dengan metode presipitasi menggunakan penambahan fasa aqueous terhadap fasa organik atau disebut sebagai metode presipitasi instan. Pada tahap kedua dilakukan metode presipitasi instan dengan bahan pelarut sodium hidroksida dengan dan tanpa penggunaan dua macam surfaktan teknis (Span 80 dan Tween 80) dengan kecepatan sentrifugasi yang berbeda. Selanjutnya, pada tahap ketiga dilakukan metode presipitasi instan dengan bahan pelarut sodium hidroksida, dengan dan tanpa penggunaan surfaktan Tween 80 pro analisis, dengan kecepatan sentrifugasi yang berbeda. Dalam tahap keempat dilanjutkan dengan optimasi untuk mendapatkan bahan pengisi berukuran nano yang dilakukan dengan metode presipitasi instan dengan bahan pelarut sodium hidroksida dengan dan tanpa penggunaan surfaktan Tween 80 pro analisis, serta dengan kecepatan sentrifugasi yang berbeda, yang seluruhnya kemudian dilakukan pencucian penuh dan dibandingkan dengan sampel kontrol berupa tepung beras ketan tanpa perlakuan. Sampel-sampel yang dihasilkan dikonfimasi dengan karakterisasi dengan Scanning Electron Microscope (SEM), Energy Dispersive X-ray Spectroscopy (EDS), Fourier Transform Infra Red (FTIR), X-ray Diffraction (XRD), Particle Size Analyzer (PSA), Thermogravimetric Analysis (TGA), and Differential Scanning Calorimetry (DSC), dan kemudian morfologi yang dihasilkan dideskripsikan melalui model struktur kimia dan dilakukan uji viabilitas sel yang menentukan kategori non-toksik sebagai uji biokompatibilitas awal. Tahap kelima adalah penggunaan bahan pengisi yang telah dihasilkan kemudian direplikasi dan digunakan dalam aplikasi bahan cetak alternatif kedokteran gigi dengan pengujian reproduksi detil sesuai dengan spesifikasi. Hasil penelitian dengan metode presipitasi instan lebih efektif mereduksi ukuran partikel dan dapat menghasilkan morfologi batang (rod) ukuran nano (73,26-99,34 nm) dalam sintesis bahan pengisi (filler) alternatif berbasis tepung beras ketan, baik dengan menggunakan surfaktan maupun tidak dengan optimasi penggunaan pelarut dalam kondisi alkali dengan sodium hidroksida. Bahan pengisi (filler) alternatif berbasis tepung beras ketan menghasilkan perubahan gugus fungsional yang ringan dan persentase kristalinitas serta suhu gelatinisasi yang lebih rendah. Selain itu, bahan pengisi hasil sintesis ini termasuk dalam kategori non-toksik melalui hasil uji viabilitas (73,54-99,58%), sehingga dapat diaplikasikan secara aman sebagai komponen bahan cetak kedokteran gigi elastis. Campuran bahan cetak kedokteran gigi elastis dilakukan dengan komponen gelatin sapi, tepung beras ketan, xanthan gum, sodium tripolifosfat food grade, serta gipsum dan penambahan bahan pengisi (filler) alternatif berukuran nano berbasis tepung beras ketan. Nanofiller yang digunakan merupakan hasil sintesis dengan pelarut sodium hidroksida pada kecepatan sentrifugasi 3000 rpm tanpa penggunaan surfaktan. Campuran bahan cetak berbasis tepung beras ketan ini telah berhasil diaplikasikan dengan mereproduksi detil sesuai standar spesifikasi, terutama pada penambahan dengan persentase 15% dengan setting time 6 menit yang memenuhi kisaran waktu manipulasi/penanganan bahan cetak kedokteran gigi. Kesimpulan penelitian adalah bahan pengisi alternatif berbasis nanomaterial tepung beras ketan telah berhasil disintesis dengan penggunaan pelarut sodium hidroksida dan pencucian penuh dan bersifat non-toksik. Campuran dengan komponen lain dapat mereproduksi detil sesuai spesifikasi yang dapat diaplikasikan sebagai bahan cetak kedokteran gigi elastis.