COVER Mariana Octaviana Silaen
Terbatas  Rita Nurainni, S.I.Pus
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Rita Nurainni, S.I.Pus
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB 1 Mariana Octaviana Silaen
Terbatas  Rita Nurainni, S.I.Pus
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Rita Nurainni, S.I.Pus
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB 2 Mariana Octaviana Silaen
Terbatas  Rita Nurainni, S.I.Pus
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Rita Nurainni, S.I.Pus
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB 3 Mariana Octaviana Silaen
Terbatas  Rita Nurainni, S.I.Pus
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Rita Nurainni, S.I.Pus
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB 4 Mariana Octaviana Silaen
Terbatas  Rita Nurainni, S.I.Pus
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Rita Nurainni, S.I.Pus
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB 5 Mariana Octaviana Silaen
Terbatas  Rita Nurainni, S.I.Pus
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Rita Nurainni, S.I.Pus
» Gedung UPT Perpustakaan
PUSTAKA Mariana Octaviana Silaen
Terbatas  Rita Nurainni, S.I.Pus
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Rita Nurainni, S.I.Pus
» Gedung UPT Perpustakaan
Daerah Indonesia merupakan Benua Maritim di mana terjadi banyak fenomena cuaca atau atmosfer, salah satunya fenomena intraseasonal yang disebut Osilasi Madden-Julian (MJO). Fenomena ini berpengaruh terhadap variabilitas curah hujan yang pula mempengaruhi kehidupan masyarakat. Studi ini meneliti bagaimana pengaruh MJO terhadap presipitasi Indonesia pada musim transisi II (peralihan musim) dengan rentang waktu 13 tahun (1998 – 2010) dengan jumlah kejadian 6 MJO.Data yang digunakan dalam penelitian iniialah data OLR untuk indikator konveksi dan TRMM untuk presipitasi. Komposit 6 kejadian MJO menunjukkan adanya peningkatan dan penurunan presipitasi di fase MJO. Pada saat fase basah (fase 4 dan 5), peningkatan presipitasi mencapai 2 – 4 mm/hari (20 – 40%) di Samudera Hindia bagian barat Pulau Jawa dan 2 mm/hari (20%) di Selat Makassar dan Laut Sulawesi. Namun penurunan presipitasi mencapai 4 – 6 mm/hari (60 – 100%) di pesisir barat Sumatera, barat Kalimantan, dan kepala Papua. Pada saat fase kering (fase 8 dan 1), penurunan presipitasi mencakup keseluruhan Indonesia, sekitar 2 - 4 mm/hari (20 – 40%) di Laut Jawa, Selat Makassar dan bagian selatan Kalimantan dan lebih dari 6 mm/hari (80 – 100%) di Samudera Hindia bagian barat Pulau Jawa, Selat Karimata, dan Laut Sulawesi serta sebagian laut di utara Papua. Secara umum lebih banyak terjadi penurunan presipitasi saat fase 1 dan 8, 6 dan 7, serta fase 4 dan 5 di bagian barat. Berdasarkan uji hipotesis student-t, seluruh Indonesia menerima dampak MJO kecuali pesisir barat Sumatera. Sementara itu, daerah yang memperoleh korelasi terbalik yang terbesar dari penjalaran MJO ini (antara anomali presipitasi dan OLR) ialah Kalimantan bagian timur, Selat Makassar, Sulawesi bagian barat, dan Laut Sulawesi yaitu antara -0,4 dan -0,8.