digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Pulau Sapeken sebagai lokasi utama penelitian merupakan pulau kecil yang terletak di Kepulauan Kangean bagian timur yang luasnya hanya sekitar 1 km2. Penyelidikan resistivitas dan hidrokimia dilakukan untuk mengestimasi asal-usul keberadaan air tanah dan karakteristik intrusi air laut pada akuifer Pulau Sapeken, yang mana secara geologi tersusun dari litologi batugamping pada lapisan atas dan napal pada lapisan bawahnya. Pada penelitian ini, pengukuran resistivitas dilakukan dengan menggunakan metoda resistivity sounding dan resistivity imaging. Resistivity sounding menggunakan konfigurasi Schlumberger dilakukan di Brumbung (Pulau Paliat) sebanyak 4 lintasan pengukuran dan di Pulau Sapeken sebanyak 5 lintasan pengukuran, masing-masing, dengan panjang bentangan 100- 150 meter untuk target kedalaman 20-30 meter. Sedangkan resistivity imaging hanya dilakukan di Pulau Sapeken yang menerapkan konfigurasi Wenner- Schlumberger dengan panjang bentangan 100 meter dan target kedalaman sekitar 20 meter. Pengukuran hidrokimia dilakukan dengan mengambil sampel-sampel air sumur dan/atau mata air di Pulau Sapeken hingga pulau-pulau yang diperkirakan sebagai daerah recharge. Simulasi aliran fluida yang menggambarkan hubungan air tawar-air asin pada akuifer karstik pesisir kemudian dibuat untuk musim kemarau dan musim hujan. Hasil interpretasi geolistrik menunjukkan keberadaan zona-zona akumulasi air tanah dan zona-zona yang diduga sebagai zona intrusi air laut serta strukturstruktur sesar ataupun rekahan, khususnya pada akuifer Sapeken bagian utara. Hasil analisis sampel-sampel air menunjukkan adanya kecenderungan penurunan pada parameter-parameter kimia air dari musim kemarau ke musim hujan secara bervariasi. Selain itu dari analisis ion-ionnnya, diketahui bahwa fasies hidrokimia sampel air yang merepresentasikan daerah recharge adalah Ca-HCO3, fasies air Tanjung adalah Ca-Cl dan fasies sampel-sampel air Sapeken khususnya di bagian utara adalah Na-Cl. Dari hasil output simulasi menunjukkan adanya penurunan konsentrasi garam-garam terlarut dari musim hujan ke musim kemarau secara bervariasi. Pada musim hujan masih ditunjukkan adanya konsentrasi yang cukup tinggi terutama pada sampel air bagian selatan Sapeken.