Penelitian ini bertujuan untuk mengoptimalkan penggunaan metode Resistivitas
dan Ground Penetrating Radar (GPR) dalam memetakan sebaran laterit nikel di
Prospek Pomalaa, Sulawesi Tenggara. Konfigurasi yang digunakan adalah dipoledipole
untuk metode resistivitas dan antena GPR dengan frekuensi 25 MHz.
Pengukuran dilakukan pada 16 lintasan, terdiri dari 11 lintasan di Bukit XIV dan 5
lintasan di Bukit IV LS, dengan panjang lintasan bervariasi antara 950 hingga 1400
meter. Spasi elektroda sebesar 10 meter digunakan, dengan panjang bentangan
maksimum 470 meter untuk mencapai kedalaman target hingga 80 meter. Data
resistivitas diproses menggunakan metode Robust Inversion, sementara data GPR
diolah melalui tahapan Static Correction, Subtract Mean (dewow), Automatic Gain
Control (AGC), Band Pass Filter, Background Removal, dan FK Filter. Sebagai
data pendukung, digunakan 84 data bor yang tersebar di sepanjang lintasan
penelitian.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa zona laterit nikel dapat diidentifikasi melalui
variasi nilai resistivitas. Zona limonit memiliki resistivitas 40–450 ohm.m, zona
saprolit memiliki resistivitas <150 ohm.m, dan zona batuan dasar memiliki
resistivitas >450 ohm.m. Korelasi antara data resistivitas dan data bor menunjukkan
kesesuaian yang signifikan, memperkuat validitas metode ini dalam eksplorasi
nikel laterit. Hasil interpretasi lapisan limonit dan saprolit menunjukkan potensi
penebalan laterit nikel di Bukit XIV, dengan estimasi ketebalan lapisan mencapai
60–70 meter ke arah barat. Sebaliknya, hasil pemodelan di Bukit IV LS
menunjukkan ketebalan lapisan laterit hanya <10 meter. Hasil korelasi nilai
resistivitas dengan kandungan MgO pada kode Bor PML4239 menunjukkan
korelasi meningkatnya konsentrasi MgO menyebabkan rendahnya nilai resistivitas
yang disebabkan oleh MgO yang berasosiasi dengan mineral serpentin yang bersifat
hidrofilik dan sifatnya ini memungkinkan serpentin mengikat air.
Penelitian ini memberikan kontribusi signifikan dalam meningkatkan efisiensi dan
akurasi eksplorasi nikel laterit di Pomalaa. Metode resistivitas 2D memberikan
gambaran bawah permukaan yang lebih jelas dan mendukung perencanaan
pemboran dan kegiatan eksplorasi lebih lanjut.