digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

ABSTRAK Eldian Yosua Budiarto
PUBLIC Irwan Sofiyan

Selat Sunda termasuk bagian dari Paparan Sunda yang merupakan salah satu paparan terbesar di dunia. Perairan regional Selat Sunda dipengaruhi oleh South Java Current (SJC). Saat ini Selat Sunda terkoneksi dengan Laut Jawa yang mengakibatkan adanya percampuran sirkulasi air laut SJC dan Laut Jawa. Daerah Selat Sunda juga menjadi daerah yang terpengaruh oleh Indian Ocean Dipole (IOD) yang diinisiasi oleh intensifikasi siklus Hadley dan interaksi muson Asia-Australia. IOD sebagai sepasang fenomena: negatif dan positif, mempengaruhi perairan barat dan timur Samudra Hindia. IOD negatif dicirikan oleh peristiwa peningkatan curah hujan di bagian barat Indonesia yang diikuti oleh iklim kering di timur Afrika. Sebaliknya, IOD positif dicirikan oleh pendinginan suhu permukaan laut (SPL) dan peningkatan produktivitas di perairan barat Sumatra dikarenakan peningkatan upwelling. Selama peristiwa Last Glacial Maximum (LGM), tinggi permukaan air laut lebih rendah mendekati 130 m di bawah permukaan laut saat ini dan menyebabkan Paparan Sunda terekspos menjadi Sundaland. Paparan Sunda mengalami flooding pada ~10.000 tahun lalu akibat peningkatan eustasi yang menyebabkan perairan Selat Sunda menjadi terkoneksi dengan Laut Jawa seperti saat ini. Penelitian ini dilakukan pada inti batuan BS-05 yang termasuk dalam perairan Selat Sunda dengan koordinat 7°1?38.83?LS, 105°6?16.31?BT. Inti batuan berupa gravity core yang diambil dari titik kedalaman 1.565 m di bawah permukaan laut dengan menggunakan kapal riset Geomarin III pada tanggal 10-29 Desember 2014. Daerah ini sebelumnya sudah pernah dikaji oleh beberapa peneliti terdahulu, akan tetapi penelitian-penelitian tersebut tidak membahas perubahan paleoekologi dan paleoproduktivitas berdasarkan rekaman foraminifera secara mendetail, khususnya pada rentang waktu setelah terbukanya Selat Sunda hingga saat ini. Penelitian berfokus pada rekaman foraminifera planktonik dan bentonik dari 69 kedalaman yang dicuplik dari kedalaman 0 hingga 264 cm dengan interval 4 cm, yang mencakup dua rentang umur yaitu Pleistosen Akhir dan Holosen. Umur inti batuan didapat dengan menggunakan data sekunder berupa umur kalender dan kecepatan sedimentasi inti batuan lain yang berdekatan dan diambil pada kedalaman yang serupa, dengan batas umur Pleistosen-Holosen menggunakan kemunculan awal foraminifera planktonik Globigerina calida. Analisis paleoekologi dan paleoproduktivitas dilakukan dengan metode statistik indeks ekologi (keanekaragaman, dominansi, dan kemerataan), analisis cluster, single fauna method, two or more species, dan whole fauna method. Hasil analisis indeks ekologi menunjukkan kelimpahan 22 spesies foraminifera planktonik dengan keanekaragaman rata-rata sedang, dominansi rata-rata rendah, dan kemerataan rata-rata tinggi. Kelimpahan foraminifera bentonik tersusun atas 7 spesies dengan keanekaragaman rata-rata rendah, dominansi rata-rata sedang, dan kemerataan rata-rata tinggi. Berdasarkan analisis cluster, susunan komunitas foraminifera terbagi ke dalam 6 cluster yang dapat dibagi ke dalam 18 subcluster. Hasil analisis foraminifera penciri ekologi menunjukkan perubahan paleoekologi dan paleoproduktivitas yang berkaitan erat dengan siklus IOD, baik sebelum dan sesudah deglasiasi (~10.000 tahun lalu). Sebelum deglasiasi (akhir Pleistosen), SPL relatif lebih dingin, aktivitas upwelling lebih tinggi, kedalaman termoklin dangkal, dengan paleoproduktivitas berkaitan erat dengan upwelling, sebagai akibat dari aktivitas IOD positif yang mendominasi pada rentang waktu tersebut. Setelah deglasiasi (Holosen), SPL relatif menjadi lebih hangat, dengan aktivitas upwelling dan kedalaman termoklin yang mengalami fluktuasi, dengan paleoproduktivitas dipengaruhi masukan material terigen dari Laut Jawa akibat aktivitas IOD negatif yang mendominasi. IOD positif mengalami penurunan intensitas, meskipun begitu, terdapat beberapa interval waktu ketika IOD positif kembali mendominasi dan meningkatkan paleoproduktivitas, contohnya pada interval 6.000 hingga 4.000 tahun BP.