digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

ABSTRAK Niken Sitalaksmi Siagian
PUBLIC Open In Flip Book Rita Nurainni, S.I.Pus

Heinrich Stadial 1 (HS 1) merupakan peristiwa deglasial di Atlantik Utara yang terjadi sekitar 18.000-15.000 thl. Pada periode ini terjadi pengurangan volume aliran air hangat permukaan dari wilayah tropis ke utara (Atlantik Utara) sehingga panas terakumulasi di belahan bumi selatan (BBS) dan wilayah tropis termasuk Indonesia. Terhambatnya distribusi aliran air permukaan laut memengaruhi sirkulasi laut dan atmosfer baik regional dan global. Studi ini bertujuan untuk mengetahui kondisi paleoseanografi di Selat Makassar dan melihat hubungan kelimpahan foraminifera planktonik dengan perubahan intensitas Arlindo menggunakan inti sedimen TR1926B (0°13,664' LU dan 117°47,436' BT dari kedalaman 616 m). Analisis proksi foraminifera planktonik dilakukan untuk mengetahui suhu permukaan laut (SPL) dan depth of thermocline (DOT) di jalur utama Arus Lintas Indonesia (Arlindo) saat kondisi ekstrem pada HS 1. Hasil penelitian menunjukkan tren suhu permukaan laut pada HS 1 menghangat. SPL pada HS 1 memiliki rata-rata sebesar 26,22°C, sedangkan kondisi modern memiliki rata-rata 29,17°C. Kondisi DOT berdasarkan analisis foraminifera menunjukkan bahwa foraminifera thermocline dwellers 50-78% dan mixed layer dwellers 21- 49%. Hasil analisis foraminifera memperlihatkan bahwa pendangkalan DOT. Hasil tersebut dikonfirmasi dengan hasil profil vertikal suhu yang menunjukkan adanya pendangkalan 7,5 m dibandingkan modern. Penyebab dari pendangkalan DOT di Selat Makassar adalah fenomena mirip El Niño. Intensitas Arlindo juga diketahui mengalami pelemahan berdasarkan gradien suhu S-N (selatan/south(S) – utara/north (N)). Hasil tersebut didukung tren melemah berdasarkan rekonstruksi proksi arus laut log(Zr/Rb).