Heinrich Stadial 1 (HS 1) merupakan peristiwa deglasial di Atlantik Utara yang
terjadi sekitar 18.000-15.000 thl. Pada periode ini terjadi pengurangan volume
aliran air hangat permukaan dari wilayah tropis ke utara (Atlantik Utara) sehingga
panas terakumulasi di belahan bumi selatan (BBS) dan wilayah tropis termasuk
Indonesia. Terhambatnya distribusi aliran air permukaan laut memengaruhi
sirkulasi laut dan atmosfer baik regional dan global. Studi ini bertujuan untuk
mengetahui kondisi paleoseanografi di Selat Makassar dan melihat hubungan
kelimpahan foraminifera planktonik dengan perubahan intensitas Arlindo
menggunakan inti sedimen TR1926B (0°13,664' LU dan 117°47,436' BT dari
kedalaman 616 m). Analisis proksi foraminifera planktonik dilakukan untuk
mengetahui suhu permukaan laut (SPL) dan depth of thermocline (DOT) di jalur
utama Arus Lintas Indonesia (Arlindo) saat kondisi ekstrem pada HS 1. Hasil
penelitian menunjukkan tren suhu permukaan laut pada HS 1 menghangat. SPL
pada HS 1 memiliki rata-rata sebesar 26,22°C, sedangkan kondisi modern memiliki
rata-rata 29,17°C. Kondisi DOT berdasarkan analisis foraminifera menunjukkan
bahwa foraminifera thermocline dwellers 50-78% dan mixed layer dwellers 21-
49%. Hasil analisis foraminifera memperlihatkan bahwa pendangkalan DOT. Hasil
tersebut dikonfirmasi dengan hasil profil vertikal suhu yang menunjukkan adanya
pendangkalan 7,5 m dibandingkan modern. Penyebab dari pendangkalan DOT di
Selat Makassar adalah fenomena mirip El Niño. Intensitas Arlindo juga diketahui
mengalami pelemahan berdasarkan gradien suhu S-N (selatan/south(S) –
utara/north (N)). Hasil tersebut didukung tren melemah berdasarkan rekonstruksi
proksi arus laut log(Zr/Rb).