Kemasan karton minuman aseptik atau Used Beverages Carton (UBC
terdiri dari plastik polyethylene (15%), kertas (80%), dan aluminium (5%) yang
cenderung lebih sulit didaur ulang karena berbentuk komposit sehingga cenderung
tidak dikumpulkan oleh pelaku sektor informal persampahan dan berakhir di
Tempat Pembuangan Akhir (TPA). Dari perspektif lain, daur ulang UBC di
Indonesia berpotensi sebagai substitusi serat panjang impor dalam rangka
peningkatan kualitas kertas, bahan kimia aditif koagulan, dan produk komposit.
Pada industri daur ulang UBC, persoalan yang dihadapi adalah ketersediaan bahan
baku di rantai pasokan agar proses daur ulang dapat berkelanjutan, sehingga
informasi terkait kuantitas dan pola aliran material UBC menjadi penting. Ruang
lingkup studi dilakukan di Kota Bekasi sebagai representatif kota metropolitan di
Indonesia yang merupakan salah satu kota percontohan penerapan pengumpulan
material UBC dari sumber yang diinisiasi oleh Tetrapak Indonesia sejak tahun
2020. Tujuan penelitian berupa analisis kuantitas dan pola aliran material UBC
sektor domestik dengan metode Material Flow Analysis (MFA) menggunakan
software STAN. Selain itu, identifikasi faktor yang mempengaruhi intensi pelaku
daur ulang untuk meningkatkan daur ulang UBC menggunakan Extended Theory of
Planned Behavior (ETPB) dalam bentuk kuesioner dan diolah secara statistik
melalui SPSS. Hasil model MFA menunjukkan upaya pengurangan material UBC
menuju TPA di Kota Bekasi dilakukan oleh bank sampah dan pengelola sampah
swasta. Proyeksi pengurangan sampah UBC tahun 2022 yaitu 1%, sedangkan UBC
yang didaur ulang oleh pabrik daur ulang UBC sebesar 0,7% dari keseluruhan
timbulan sampah UBC sektor domestik di Kota Bekasi. Faktor sikap, norma
subjektif, perceived behavioral control, dan dorongan ekonomi secara simultan
berpengaruh memprediksi intensi pelaku daur ulang untuk meningkatkan upaya
daur ulang UBC sebesar 37,8%, sedangkan 62,2% dijelaskan oleh faktor lain yang
tidak diikutsertakan dalam penelitian. Nilai partial correlation faktor sikap sebesar
0,230, norma subjektif sebesar 0,110, perceived behavioral control yaitu 0,073, dan dorongan ekonomi mendominasi sebesar 0,368.