COVER Putra Dwipriadi
Terbatas  rikrik
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  rikrik
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB 1 Putra Dwipriadi
Terbatas  rikrik
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  rikrik
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB 2 Putra Dwipriadi
Terbatas  rikrik
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  rikrik
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB 3 Putra Dwipriadi
Terbatas  rikrik
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  rikrik
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB 4 Putra Dwipriadi
Terbatas  rikrik
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  rikrik
» Gedung UPT Perpustakaan
PUSTAKA Putra Dwipriadi
Terbatas  rikrik
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  rikrik
» Gedung UPT Perpustakaan
Dalam melakukan perencanaan pembangunan salah satu hal yang paling penting
adalah mengetahui kondisi permukaan tanah pada area rencana pembangunan yang
dapat dilihat melalui DTM (Digital Terrain Model). DTM dapat dibentuk dari data
UAV LIDAR (Unmanned Aerial Vehicle Light Detection and Ranging) dan TLS
(Terrestrial Laser Scanner). Pemindaian menggunakan UAV LIDAR memiliki
kekurangan yaitu tidak seluruh gelombang yang dipancarkan dapat menembus area
dengan kanopi tebal. Kekurangan tersebut dapat dilengkapi dengan pemindaian TLS
pada area dengan vegetasi yang lebat. Tujuan dari penelitian ini adalah menentukan
metode yang tepat untuk mengkombinasikan data LIDAR dan TLS dalam pembuatan
DTM ITB kampus Jatinangor serta menganalisis perbedaan antara DTM yang
dihasilkan sebelum dan setelah dilakukan kombinasi data UAV LIDAR dan TLS pada
area ITB kampus Jatinangor.
Metodologi pada penelitian kali ini adalah dengan melakukan akuisisi dan pengolahan
data titik awan yang dihasilkan dari pemindaian LIDAR dan TLS. Proses kombinasi
dilakukan dengan melakukan registrasi secara global seluruh titik awan yang
dihasilkan dari pemindaian UAV LIDAR dan TLS. Proses selanjutnya adalah
membandingkan data sebelum dan setelah dilakukan kombinasi data LIDAR dan TLS
berdasarkan perbedaan kepadatan titik awan, perbedaan ketinggian permukaan yang
dihasilkan dari metode TIN, dan perbedaan kontur. Nilai kepadatan titik awan sebelum
kombinasi bernilai 328 titik/25 m2 dan meningkat setelah kombinasi menjadi 2113
titik/25 m2. Selain itu terdapat perbedaan tinggi permukaan sebelum dan setelah
dilakukan kombinasi yang dapat dilihat dari standar deviasi sebesar 0.727 m.
Peningkatan kepadatan titik awan dan adanya nilai standar deviasi tersebut
menunjukan peningkatan kualitas permukaan setelah dilakukan kombinasi.