digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

COVER Nadira Rahmatunisa
Terbatas  rikrik
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 1 Nadira Rahmatunisa
Terbatas  rikrik
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 2 Nadira Rahmatunisa
Terbatas  rikrik
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 3 Nadira Rahmatunisa
Terbatas  rikrik
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 4 Nadira Rahmatunisa
Terbatas  rikrik
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 5 Nadira Rahmatunisa
Terbatas  rikrik
» Gedung UPT Perpustakaan

PUSTAKA Nadira Rahmatunisa
Terbatas  rikrik
» Gedung UPT Perpustakaan

dapat meningkatkan perolehan minyak bumi. Dibandingkan dengan surfaktan sintetik, biosurfaktan lebih ramah lingkungan dan memiliki aktivitas spesifik di lingkungan ekstrem, namun belum mampu bersaing secara ekonomi karena rendahnya kapasitas produksi biosurfaktan. Melalui Adaptation Laboratory Evolution (ALE), mikroorganisme penghasil biosurfaktan dapat direkayasa metabolismenya sehingga dapat memproduksi lebih banyak biosurfaktan. Salah satu senyawa yang digunakan sebagai mutagen dalam proses ini adalah CTAB. Dalam prosesnya, ALE membutuhkan waktu hingga diperoleh mutan yang stabil untuk dapat dikarakterisasi. Penelitian ini bertujuan untuk melakukan stabilisasi isolat mutan Bacillus sp. galur KG7’ dan galur KG48 melalui strategi ALE serta melakukan evaluasi produksi dan aktivitas emulsifikasi dari biosurfaktan yang dihasilkan oleh mutan stabil. Kandidat isolat distabilkan dengan melakukan pendedahan bertahap pada medium LB agar yang diberi CTAB (a) 3,9 ppm dan (b) 4,5 ppm. Mutan dikatakan stabil apabila frekuensi mutan yang tumbuh pada medium tersebut >90%. Selanjutnya, dilakukan karakterisasi produksi biosurfaktan isolat mutan terpilih pada medium SMSSe dengan waktu inkubasi 96 jam. Selama inkubasi, dilakukan pengambilan data jumlah mikroba, produksi biosurfaktan, dan indeks emulsifikasi (E24) setiap 12 jam. Hasil penelitian menunjukan bahwa isolat KG7’a stabil pada generasi ke-59 (93,11%), KG7’b pada generasi ke-234 (90,33%), sedangkan KG48 belum teramati stabil hingga generasi ke-204 (7,08%). Pengamatan morfologi sel menunjukan bahwa sel wild-type (WT) lebih panjang dibandingkan dengan KG7’ (P<0,1) dan KG48 (P<0,1). Evaluasi produksi biosurfaktan menunjukan bahwa WT mampu memproduksi biosurfaktan sebanyak 0,123 g/L, sedangkan KG7’a hanya memproduksi 0,107 g/L, dan KG7’b sebanyak 0,101 g/L. Evaluasi E24 menunjukan bahwa pada minyak bumi ringan, biosurfaktan WT mampu mengemulsi 58,9% minyak sedangkan kedua mutan hanya 47,6% (KG7’a) dan 51,8% (KG7’b). Namun, biosurfaktan yang diproduksi kedua mutan dapat mengemulsi minyak bumi berat 74,5% (KG7’a) dan 80% (KG7’b), lebih baik dibandingkan dengan WT (71,3%). Aktivitas E24 biosurfaktan pada tiap waktu panen berbeda untuk minyak yang berbeda. Aktivitas E24 dari KG7’b pada minyak bumi ringan tertinggi pada jam ke-12 (55%), E24 pada minyak bumi berat tertinggi pada jam ke-24 (75,1%), dan E24 pada minyak goreng komersial tertinggi pada jam ke-60 (25%). Penelitian ini menunjukan bahwa isolat mutan KG7’ berhasil distabilkan melalui strategi ALE setelah adaptasi bertahap hingga generasi ke-59 (pada CTAB 3,9 ppm) dan generasi ke-234 (pada CTAB 4,5 ppm) dengan produksi biosurfaktan yang tidak lebih tinggi dari WT namun memiliki aktivitas emulsifikasi terhadap minyak bumi berat lebih baik dibandingkan dengan WT. Berdasarkan fenomena-fenomena tersebut, diduga terdapat perbedaan struktur biosurfaktan yang dihasilkan WT dengan KG7’b. Hal tersebut dapat menjadi landasan penelitian lanjutan berupa karakterisasi struktur molekul dan optimasi produksi biosurfaktan melalui pendekatan lain selain ALE.