Tsunami merupakan bencana yang tidak dapat diprediksi dan jarang terjadi tetapi
berpotensi menjadi bencana alam yang merusak. Energi dari gelombang tsunami
dapat menghancurkan hampir seluruh benda baik itu tumbuhan, hewan, atau
bangunan. Analisis kerentanan bangunan diperlukan untuk memperoleh
pemahaman yang tepat mengenai estimasi kerusakan yang dapat diakibatkan oleh
bencana tsunami. Analisis ancaman tsunami dilakukan melalui pendekatan
pemodelan tsunami secara numerik yang bersifat kuantitatif dimana kemudian
model rendaman tersebut direkonstruksi menjadi model 3D kota dengan kedetailan
LOD1 dan LOD2. Selanjutnya dilakukan penilaian kerentanan bangunan yang
dapat memberikan informasi mengenai potensi kerusakan menggunakan Model
Papathoma Tsunami Vulnerability Assessment edisi ke-4 (PTVA-4). Penilaian
atribut bangunan pada penelitian ini dilakukan dengan menginterpretasi data foto
udara, Google Earth Street View, dan survei lapangan untuk mendapatkan
informasi karakteristik bangunan. Hasil yang didapatkan adalah tinggi maksimum
genangan tsunami terhadap bangunan sebesar 7,53 meter, sebanyak 36 atau 9,6%
bangunan terklasifikasi dalam kerentanan sangat tinggi, 17 atau 4,54% bangunan
adalah kerentanan tinggi, 27 atau 7,21% bangunan adalah kerentanan sedang, 87
atau 23,26% bangunan adalah kerentanan rendah, dan 207 atau 55,34% bangunan
terklasifikasi kerentanan sangat rendah.