SodaPDF-watermarked-Yudisium 23520029 Safara Cathasa Riverinda Rijadi.pdf
PUBLIC Dessy Rondang Monaomi
Virus COVID-19 pertama kali dilaporkan muncul di Wuhan, Tiongkok, pada akhir
2019. Sedangkan, kasus konfirmasi di Indonesia terjadi mulai Maret 2020, yang
mana mempengaruhi kestabilan negara dan masyarakat. Berbagai upaya untuk
membatasi penyebaran virus dilakukan oleh pemerintah Indonesia membuat
kebijakan untuk membatasi kegiatan masyarakat, menambah kapasitas rumah sakit,
maupun melaksanakan program vaksinasi gratis. Kebijakan pembatasan kegiatan
masyarakat ini beberapa kali berganti nama, yaitu PSBB (Pembatasan Sosial
Berskala Besar) yang kemudian berubah menjadi PPKM (Pemberlakuan
Pembatasan Kegiatan Masyarakat).
Pemerintah Indonesia memberikan penilaian kebijakan pada dasbor asesmen di
situs covid19.go.id. Dasbor ini mencakup penilaian level transmisi komunitas, level
kapasitas respons, dan level vaksinasi. Level transmisi komunitas adalah seberapa
massif penyebaran virus COVID-19. Selanjutnya, level kapasitas respons adalah
seberapa mampu rumah sakit untuk menerima penderita COVID-19. Selanjutnya,
level vaksinasi adalah seberapa banyak persentase masyarakat yang sudah
mendapatkan perlindungan dari vaksin. Dasbor asesmen ini diperbarui setiap
harinya.
Penerapan kebijakan saat ini cenderung menggunakan sistem top-down
dibandingkan bottom-up berarti kurang bisa menangkap masalah apa yang tejadi di
masyarakat. Keputusan yang bersifat top-down dapat membawa dampak negatif
terhadap masyarakat akibat adanya bias. Oleh karena itu, sebuah tata kelola
diperlukan agar penanganan pandemi COVID-19 dapat mengarahkan sebuah
kebijakan yang lebih tepat guna untuk masyarakat. Salah satu metode yang dapat
digunakan untuk melihat dampak tersebut adalah sistem dinamis. Sistem dinamis
menggambarkan kondisi saling ketergantungan yang mana sangat berguna untuk
mendesain sebuah kebijakan.
Model sistem dinamis dibuat dalam bentuk diagram sebab akibat dan stock and
flow diagram. Diagram sebab akibat digunakan untuk menggambarkan hubungan
antar entitas. Sedangkan, stock and flow diagram digunakan untuk menunjukan
hubungan matematis. Validasi model sistem dinamis dilakukan dengan
membandingkan perilaku sistem dengan menggunakan data historis pandemi
COVID-19 serta melakukan wawancara ahli. Selanjutnya, simulasi dilakukan
dalam enam skenario uji, yaitu skenario business as usual, ekstrim / uncontrolled,
level kebijakan 1, level kebijakan 2, level kebijakan 3, dan level kebijakan 4. Data
yang digunakan untuk simulasi adalah data historis pandemi COVID-19 di
Indonesia sejak Maret 2020 hingga November 2022.
Hasil simulasi sistem dinamis digunakan untuk memetakan masalah yang terjadi,
aktivitas apa yang perlu dikelola, serta siapa pihak yang terlibat dalam penanganan
pandemi. Hasil simulasi ini digunakan sebagai dasar untuk merancang tata kelola
penaganan pandemi COVID-19 di Indonesia. Rancangan tata kelola ini mengacu
pada tata kelola manajemen risiko COSO karena masih bersifat umum dan
cenderung mudah dimengerti. Adanya keterbatasan sumber daya selama pandemi
membuat pemilihan kerangka kerja ini lebih cocok untuk digunakan.
Tata kelola yang dihasilkan terdiri dari tiga komponen utama, yaitu cakupan
masalah, pemangku kepentingan yang terlibat, dan aktivitas yang dikelola.
Cakupan masalah dari penanganan pandemi COVID-19 terdiri dari hukum,
masyarakat, etika, dan teknologi. Selanjutnya, pemangku kepentingan yang terlibat
adalah masyarakat, industri, akademisi, dan pemerintah, yang mana sejalan dengan
penelitian terkait kerangka kerja inovasi quintuple helix. Sedangkan, aktivitas yang
dikelola adalah testing, tracing, treatment, dan vaksinasi, yang mana sejalan dengan
arahan dari WHO. Selanjutnya, rancangan tata kelola ini diharapkan dapat
membantu pemerintah untuk memetakan kebijakan yang dapat diimplementasikan
di seluruh Indonesia. Selain itu, diharapkan tata kelola dapat digunakan sebagai
referensi jika terjadi pandemi lain yang terjadi di Indonesia.