digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

ABSTRAK TEDI C 12016024.pdf
PUBLIC Dedi Rosadi

COVER TEDI C 12016024.pdf
PUBLIC Dedi Rosadi







PUSTAKA TEDI C 12016024.pdf
PUBLIC Dedi Rosadi

LAMPIRAN TEDI C 12016024.pdf
PUBLIC Dedi Rosadi

Produksi utama emas dan perak PT Antam berasal dari area tambang emas Pongkor, Jawa Barat. Metode penambangan yang digunakan pada daerah penambangan PT Antam Pongkor merupakan metode penambangan bawah tanah. Pada tambang bawah tanah, geologi, geoteknik, dan geomekanika merupakan ilmu yang berperan penting untuk membuat suatu desain tambang (terowongan) terutama dalam perhitungan faktor keamanan dan kestabilan. Penelitian ini dilakukan pada area tambang Kubang Cicau dengan koordinat 6o 39' - 6o 42' LS dan 106o 38' - 106o 40' BT. Objek Penelitian diutamakan pada bukaan terowongan KKRB 1 474 Utara, KK 536, KK 474 Konek, dan KK 474 Utama. Penelitian dilakukan dengan tujuan untuk menentukan nilai klasifikasi Rock Mass Rating (RMR) dan Sistem-Q. Nilai RMR dan Sistem-Q tersebut digunakan untuk penentuan saran perkuatan atau penyangga pada terowongan. Evaluasi kestabilan terowongan dan analisis numerik turut dilakukan berdasarkan jenis potensi runtuhan. Analisis numerik tersebut dilakukan dengan menggunakan metode elemen hingga terhadap parameter faktor kekuatan (FK) dan kapasitas daya dukung. Pada pengamatan lapangan, didapatkan litologi penyusun KKRB 1, KK 536, dan KK 474 Konek terdiri dari tuf lapili, sementara litologi penyusun KK 474 Utama terdiri dari tuf lapili dan breksi tuf. Klasifikasi RMR menunjukkan kategori massa batuan kelas III (cukup) pada lokasi KKRB 1 dan KK 536 serta kategori III (cukup) ???? V (sangat buruk) pada lokasi KK 474 Konek dan KK 474 Utama. Klasifikasi Sistem-Q menunjukkan kategori massa batuan buruk pada lokasi KKRB 1 dan KK 536 serta kategori massa batuan sangat buruk ???? terlampau buruk pada lokasi KK 474 Konek dan KK 474 Utama. Parameter-parameter massa batuan yang digunakan dalam klasifikasi RMR dapat menentukan bahwa lokasi KKRB 1 dan KK 536 berpotensi mengalami keruntuhan baji, sementara lokasi KK 474 Konek dan KK 474 Utama berpotensi mengalami keruntuhan massa batuan. Berdasarkan kelas massa batuan pada klasifikasi RMR diperoleh saran perkuatan berupa H-Beam, jaring kawat, dan baut batuan, sedangkan pada klasifikasi Sistem-Q menghasilkan saran perkuatan berupa beton tembak terkuatkan dan baut batuan. Hasil analisis numerik dan evaluasi penerapan perkuatan berdasarkan nilai RMR menunjukkan nilai FK yang telah melebihi 1,25 dan analisis kapasitas daya dukungnya menunjukkan bahwa titik keruntuhan telah mampu ditangani. Sementara itu, untuk penerapan perkuatan berdasarkan nilai Sistem-Q, terdapat kasus yang menunjukkan nilai FK kurang dari 1,25 dan analisis kapasitas daya dukungnya menunjukkan bahwa titik keruntuhan berada pada daerah kritis mengalami keruntuhan. Berdasarkan hasil evaluasi tersebut dapat disimpulkan bahwa klasifikasi RMR lebih cocok untuk diterapkan pada lokasi penelitian dibandingkan dengan klasifikasi Sistem-Q.