digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Perkembangan dunia digital menyebabkan industry televisi juga harus beradaptasi dengan era baru. Digitalisasi serta kemunculan teknologi baru membuat televisi dan media lain memaksa setiap perusahaan mengubah cara mereka dalam penyebaran informasi. Saat ini adalah dunia konvergensi, dimana semua tidak ada lagi batasan, khususnya dalam teknologi dan televisi. Itu berarti saat ini, semua orang bisa menerima informasi dan menikmati hiburan kapanpun dan bagaimanapun caranya. NET TV mengalami masa-masa kesulitan dalam beberapa tahun terakhir, terutama dalam menghasilkan pendapatan untuk menutup biaya operaasional perusahaan. Hal tersebut telah terjadi sejak era CEO pertama. Lalu muncul sebuah dilemma bagi NET TV. Di satu sisi apa yang dilakukan CEO pertama (Wishnutama) mampu mendatangkan pendapatan untuk perusahaan, sayang itu tidak diimbangi dengan penghematan biaya operasional yang juga membengkak. Sementara, di era CEO kedua, NET TV mampu menghemat namun tidak bisa menghasilkan sebanyak CEO Pertama. Salah satu penyebabnya adalah NET TV memiliki ranking Nielsen yang rendan, dan membuat mereka tidak bisa mendapatkan banyak pendapatan melalui iklan. Hal ini disebabkan karena pergantian kebijakan, yang membuat NET TV seakan masih mencari pola perusahaan ketika televisi lain tengah berlari di era digital. Untuk memaksimalkan pendapatan, NET TV harus mencari seluruh potensi iklan yang ada. Dari mulai spot, non-spot, penempatan iklan di platform digital, bahkan hingga kolaborasi dengan berbagai brand. Ada tiga solusi utama yang dimunculkan, dan itu semua tergantung bagaimana kesiapan perusahaan.