Perdagangan bebas di era globalisasi telah membawa perubahan yang sangat cepat dan
berdampak luas bagi aktivitas rantai pasok. Bahan baku untuk memenuhi kebutuhan
industri tidak hanya dipasok dari dalam negeri namun juga berasal dari luar negeri.
Bahan baku yang berasal dari luar negeri membutuhkan tempat penyimpanan sebelum
digunakan oleh industri. Pusat logistik berikat merupakan tempat penimbunan berikat
untuk menyimpan barang yang berasal dari luar daerah pabean maupun dalam daerah
pabean dengan berbagai fasilitas yang diberikan oleh pemerintah seperti penangguhan
bea masuk dan masa penyimpanan hingga tiga tahun. Pusat logistik berikat merupakan
fasilitas strategis yang memainkan peran penting dalam sistem logistik, karena itu
efisiensi pengelolaannya sangat tergantung pada lokasi. Pemilihan lokasi pusat logistik
berikat masih menjadi isu yang sering dibicarakan, lebih kompleks karena melibatkan
pemangku kepentingan.
Pemilihan lokasi pusat logistik berikat mempertimbangkan kriteria yang bersifat
subjektif dan kualitatif. Penelitian ini bertujuan untuk merumuskan model
pengambilan keputusan seleksi lokasi pusat logistik berikat pendukung industri besar.
Sebuah metodologi fuzzy multi criteria decision making membantu memperoleh
keputusan yang efektif. Pendekatan fuzzy memungkinkan deskripsi yang lebih akurat
tentang proses pengambilan keputusan dengan input preferensi manusia yang bersifat
samar. Namun sejauh ini masih jarang penelitian yang megkombinasikan teknik fuzzy
untuk pembobotan kriteria dan pemilihan alternatif lokasi pusat logistik. Penelitian ini
mengkombinasikan Fuzzy AHP dan Fuzzy TOPSIS untuk memilih lokasi pusat logistik
berikat pendukung industri besar di Jawa Barat.
Input utama penerapan model pengambilan keputusan multi kriteria yang digunakan
dalam penelitian ini adalah hasil pengisian kuesioner responden ahli. Kriteria dan
subkriteria diperoleh berdasarkan hasil focus group discussion yang melibatkan unsur
akademisi, bisnis, dan pemerintah. Untuk mengatasi persepsi ahli yang bersifat samar,
digunakan variabel lingustik dan triangular fuzzy number. Alternatif lokasi pusat
logistik berikat dalam struktur hierarkhi diperoleh secara deskriptif berdasarkan
tinjauan literatur kawasan industri di Jawa Barat.ii
Pembobotan kriteria dan subkriteria pemilihan lokasi pusat logistik berikat
menggunakan metode Fuzzy AHP. Pendekatan Fuzzy AHP memungkinkan penjabaran
yang lebih akurat terhadap proses pengambilan keputusan dengan menggunakan rasio
perbandingan. Sedangkan penentuan preferensi lokasi pusat logistik berikat
menggunakan metode Fuzzy TOPSIS. Pendekatan Fuzzy TOPSIS mampu
mempertimbangkan sejumlah alternatif dan kriteria yang digunakan dalam proses
pengambilan keputusan. Integrasi Fuzzy AHP dan Fuzzy TOPSIS dalam riset ini
memberikan representasi yang lebih tepat dari hubungan antar kriteria dan alternatif
yang mendukung proses pengambilan keputusan yang kompleks pada pemilihan lokasi
pusat logistik berikat pendukung industri besar.
Hasil yang diperoleh menggunakan metode Fuzzy AHP, kriteria dengan nilai bobot
akhir tertinggi sampai terendah adalah kriteria regulasi, aksesibilitas, biaya, kondisi
properti, layanan infrastruktur, dan pertumbuhan ekonomi. Riset ini memberikan
kontribusi pada kerangka konseptual pemilihan lokasi pusat logistik berikat dengan
regulasi sebagai kriteria yang dipertimbangkan. Berdasarkan nilai preferensi pada
teknik fuzzy TOPSIS urutan perangkingan lokasi pusat logistik berikat adalah kawasan
industri Jababeka, kawasan industri MM2100, kawasan industri East Jakarta Industrial
Park, dan kawasan industri Marunda Center. Penelitian ini memberikan implikasi
terhadap kebijakan pusat logistik berikat. Bagi peyelenggara pusat logistik berikat
penting memperhatikan lokasi pusat logistik berikat yang selaras dengan pengaturan
ruang dan wilayah. Implikasi pada penelitian selanjutnya dapat menambahkan
kelompok penyedia jasa angkutan barang dalam proses pengambilan keputusan seleksi
lokasi pusat logistik berikat.