Variasi iklim interannual di Samudera Hindia diteliti oleh Saji dkk. (1999)
menggunakan Empirical Orthogonal Function (EOF) dari data Sea Surface
Temperature (SST), menghasilkan EOF-2 menjelaskan adanya pola dipole atau
dikenal Indian Ocean Dipole (IOD). Namun, pola tersebut tidak terlihat di semua
musim yang menandakan adanya limitasi EOF yang terkunci pada satu musim dan
berdampak pada tertutupinya fenomena lain yang tidak signifikan. Limitasi ini
dapat dihilangkan dengan melakukan EOF tiap musim guna mengidentifikasi pola
dominan SST di Samudera Hindia pada setiap musimnya.
Metode EOF digunakan untuk melihat pola spasial dan temporal yang
menggambarkan variabilitas SST di Samudera Hindia setiap musimnya:
September, Oktober, November (SON); Desember, Januari, Februari (DJF); Maret,
April, Mei (MAM); dan Juni, Juli, Agustus (JJA). Indeks EOF kemudian
diregresikan dengan data SST, angin, dan curah hujan untuk mendapatkan anomali
iklim yang berasosiasi dengan EOF.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pola EOF-1 pada musim SON, DJF, MAM,
dan JJA menjelaskan adanya basin scale anomalies di Samudera Hindia dengan
nilai variansi berturut-turut 51%, 48%, 51%, dan 47% dan pola temporalnya secara
konsisten mengindikasikan terjadinya perubahan iklim. Pola EOF-2 pada musim
SON, DJF, MAM, dan JJA berbeda-beda dengan nilai variansi berturut-turut 13%,
11%, 11%, dan 11%. Pola EOF-2 musim SON dan MAM menunjukkan adanya
pola dipole di Samudera Hindia sedangkan musim DJF dan JJA menunjukkan
adanya pola tripole. Anomali iklim yang berasosiasi dengan mode EOF
menunjukkan bahwa pola SST yang terbentuk dipengaruhi oleh pola angin yang
terjadi dan selanjutnya berdampak terhadap tinggi rendahnya aktivitas konveksi
yang mempengaruhi curah hujan.