PT Pupuk Kujang merupakan anak perusahaan PT Pupuk Indonesia. PT Pupuk Kujang memiliki 2
buah pabrik urea yaitu pabrik K1A dan K1B, setiap tahun memproduksi pupuk urea dengan jumlah
yang relatif stabil di kisaran 990.000 ton. Produksi ini dibagi untuk memenuhi kebutuhan pupuk
bersubsidi, pupuk non subsidi, dan sebagai bahan baku pupuk lainnya.
Melalui PT Pupuk Indonesia, PT Pupuk Kujang mendapatkan tugas dari pemerintah untuk memenuhi
kebutuhan pupuk bersubsidi di provinsi Banten, DKI Jakarta, Jawa Barat, dan sebagian Jawa Tengah.
Produksi dan ketersediaan stok untuk pupuk urea subsidi harus lebih diprioritaskan daripada pupuk
urea non subsidi, sehingga produksi dan penjualan pupuk non subsidi dapat dilakukan bila
perhitungan kebutuhan pupuk subsidi dapat terpenuhi.
Bila permintaan kebutuhan pupuk subsidi tinggi namun realisasinya jauh lebih rendah dari rencananya
maka akan terjadi kelebihan stok pupuk bersubsidi dan tidak bisa dijual sebagai pupuk non subsidi.
Sebagai langkah antisipasi, potensi kelebihan stok akan diproduksi dan dijual sebagai pupuk
nonsubsidi. Namun penjualan ke sektor nonsubsidi akan kurang efektif jika dilakukan dalam waktu
yang sempit mengingat terbatasnya waktu dan daya serap pasar. Sehingga diperlukan perencanaan
penyaluran pupuk subsidi yang baik untuk mengurangi selisih dengan realisasi penyaluran.
Berdasarkan analisa akar penyebab yang dilakukan dengan Current Reality Tree, terdapat beberapa
hasil analisa yang mempengaruhi terjadinya selisih antara perencanaan penyaluran dan realisasi
penyalurannya. Namun yang dapat dikendalikan dan masih dalam ruang lingkup penelitian adalah
kurang akuratnya metode peramalan.
Untuk memperoleh metode peramalan yang tepat, digunakan beberapa model peramalan deret waktu
diantaranya: Rata-Rata Bergerak Sederhana, Rata-Rata Bergerak Tertimbang, Penghalusan
Exponensial, Penghalusan Exponensial dengan Tren, Analisis Regresi Linier, Dekomposisi Deret
Waktu, dan Dekomposisi Menggunakan Regresi Kuadrat Terkecil. Model peramalan dengan tingkat
kesalahan peramalan MAPE (Mean Absolute Percent Error) terendah akan diusulkan untuk digunakan
sebagai model peramalan yang dapat digunakan oleh perusahaan.
Berdasarkan perhitungan, untuk provinsi Jawa Barat MAPE terendah dihasilkan oleh model
Dekomposisi Menggunakan Regresi Kuadrat Terkecil dengan periode waktu 12 bulan. Model
peramalan dan periode waktu tersebut tidak dapat diberlakukan terhadap keseluruhan kabupaten di
provinsi Jawa Barat, hanya 7 kabupaten yang memiliki MAPE terendah pada model dan periode
tersebut. Sementara sisanya sebanyak 11 kabupaten memiliki MAPE terendah pada model peramalan
sebagai berikut: 8 kabupaten pada model Dekomposisi Deret Waktu dengan periode waktu 12 bulan, 2
kabupaten pada model Dekomposisi Deret Waktu dengan periode waktu 21 bulan, dan 1 kabupaten
pada model Dekomposisi Menggunakan Regresi Kuadrat Terkecil dengan periode waktu 21 bulan.