digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Sulawesi merupakan salah satu pulau yang memiliki cadangan bijih nikel (Ni) laterit yang kaya di Indonesia. Nikel digunakan dalam banyak keperluan termasuk dalam industri contohnya Ni sebagai bahan baku baterai dalam industri mobil listrik. Produksi mobil listrik yang terus meningkat menyebabkan kebutuhan akan nikel juga semakin meningkat. Sehingga untuk memenuhi kebutuhan tersebut diperlukan penelitian yang mendetail mengenai endapan nikel laterit untuk meningkatkan produktivitas pertambangan Ni laterit. Pengayaan unsur Ni pada endapan Ni-laterit dikontrol oleh beberapa faktor contohnya adalah morfologi dan karakter batuan dasar. Oleh karena itu penelitian ini membahas mengenai faktor pengontrol geomorfologi dan batuan dasar terhadap kadar Ni pada endapan Ni-laterit di daerah Tapunopaka, Konawe Utara, Sulawesi Tenggara yang termasuk dalam IUP PT Antam Tbk. Data yang digunakan terdiri dari 2 jenis yaitu data primer dan sekunder. Data primer terdiri dari deskripsi singkapan, pengamatan geomorfologi, dan sampel batuan yang berjumlah 10 sampel, sementara data sekunder terdiri dari data DEMNAS, peta geologi lembar Lasusua-Kendari, dan data assay dari 35 titik bor yang terdiri dari (deskripsi bor, interval kedalaman, dan analisis data XRF). Metode yang digunakan adalah pengamatan sampel batuan, deskripsi petrografi, dan analisis geokimia batuan dasar untuk mengetahui karakteristik batuan dasar di daerah penelitian. Sementara untuk analisis geomorfologi dilakukan dengan metode pengamatan geomorfologi di lapangan dan analisis menggunakan data sekunder untuk mengetahui bentukan morfologi daerah penelitian. Berdasarkan analisa data geokimia pada setiap titik bor terdapat 2 jenis tipe Ni laterit pada daerah penelitian yaitu tipe oksida dan tipe hydrous-Mg silikat. Tipe oksida dicirikan dengan pengayaan Ni pada lapisan limonit dan Ni berasosiasi dengan mineral oksida dan hidroksida seperti goetit. Sementara, tipe hydrous-Mg silikat dicirikan dengan kadar Ni yang terkaya kan pada lapisan saprolit dan Ni berasosiasi dengan mineral hydrous-Mg silikat seperti garnierit. Berdasarkan hasil pengamatan petrografi, batuan dunit didominasi oleh mineral olivin diikuti piroksen, serpentin dan mineral opak, sementara batuan harzburgit yang didominasi dengan mineral piroksen dan olivin diikuti mineral serpentin dan iii mineral opak. Pada batuan harzburgit ditemukan pada beberapa singkapan yang menunjukkan tingkat serpentinisasi yang intens, secara makroskopis batuan tampak didominasi oleh mineral serpentin dan oksida besi. Berdasarkan pengamatan di daerah penelitian dan hasil perhitungan persen lereng daerah penelitian terdiri dari 3 jenis geomorfologi yaitu Perbukitan Landai Tapunopaka, Perbukitan Terjal Tapunopaka dan endapan aluvial. Bentukan topografi daerah penelitian berdasarkan kemiringan lereng dibagi menjadi flat slop, slight slope, intermediate slope, dan ridge. Berdasarkan hubungan antara bentuk topografi dan proses laterisasi, daerah dengan kemiringan lereng landai memiliki tingkat lateritisasi yang lebih intensif dibanding dengan kemiringan lereng yang lebih terjal. Tingkat lateritisasi ini berpengaruh terhadap ketebalan laterit yang terbentuk. Pada daerah dengan topografi flat slope dan ridge memiliki ketebalan saprolit dan limonit yang relatif tebal, keberadaan sungai dan kelurusan juga berpengaruh terhadap ketebalan lapisan limonit dan saprolit. Hasil dari analisis yang dilakukan, Ni memiliki kadar yang tinggi pada batuan harzburgit yang mengalami serpentinisasi kuat pada topografi flat slope hingga slight slope. Ketebalan saprolit dan limonit memiliki korelasi positif dengan kadar Ni, semakin tebal laterit kadar Ni relatif makin tinggi. Ketebalan laterit juga berhubungan dengan tipe Ni laterit. Limonit yang tebal cenderung memiliki Ni laterit tipe oksida, sementara saprolit yang tebal cenderung memiliki Ni laterit tipe hydrous-Mg silikat.