digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800


BAB 1 Falih Amaris Raksanagara
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 2 Falih Amaris Raksanagara
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 3 Falih Amaris Raksanagara
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 4 Falih Amaris Raksanagara
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 5 Falih Amaris Raksanagara
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan

PUSTAKA Falih Amaris Raksanagara
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan

Cadangan batubara Indonesia yang relatif cukup besar berpotensi untuk dikonversi via gasifikasi menjadi bahan bakar atau zat kimia. Untuk mengurangi pembentukan tar dan memaksimalkan carbon conversion selama gasifikasi, maka teknologi EFR reactor (EFR) cenderung dipilih. Selain itu, agar emisi CO2 yang dihasilkan dapat digunakan pada aplikasi carbon capture storage, maka opsi slurry-feeding pada EFR dipilih dibandingkan dry-feeding karena menghasilkan tekanan yang lebih tinggi. Pada operasi slurry feeding, coal water slurry (CWS) umumnya ditambahkan surfaktan agar memiliki viskositas yang rendah. Pada penelitian sebelumnya, penggunaan surfaktan alami, saponin, dari pohon akasia daun lebar, terbukti berpengaruh positif terhadap reologi CWS. Kulit buah manggis terindikasi mengandung saponin, namun penggunaan ekstraknya sebagai surfaktan alami belum pernah dilakukan. Oleh karenanya, penelitian ini mempelajari pengaruh penambahan hasil ekstrak kulit manggis terhadap sifat reologi CWS. Percobaan dan pengujian telah dilakukan untuk mempelajari pengaruh penambahan ekstrak kulit manggis (EKM) terhadap sifat reologi CWS, yaitu stabilitas, viskositas, dan potensial zeta. EKM diperoleh dari hasil ekstraksi dengan metode maserasi-remaserasi terhadap kulit manggis Indonesia. EKM dikarakterisasi secara kualitatif dan kuantitatif untuk memvalidasi kandungan saponin. Preparasi batubara dilakukan dengan air-drying, penggerusan dan pengayakan hingga diperoleh batubara berukuran -140+200 mesh. Analisis proksimat, ultimat dan fourier transform infrared (FTIR) dilakukan untuk mengetahui karakteristik sampel batubara. CWS dibuat dengan mencampurkan batubara dengan akuades dengan rasio solid 50%. EKM ditambahkan dengan empat variasi dosis: 0; 0,01; 0,02 dan 0,03 gr/ml slurry. EKM terkonfirmasi positif mengandung saponin berdasarkan hasil uji kualitatif dan terkonfirmasi mengandung 1,81% b/b saponin, berdasarkan hasil uji kuantitatif. Penambahan 0,02 gr/ml EKM dapat mempertahankan stabilitas CWS sebagai suspensi selama 10 menit, 5 kali lebih lama dibandingkan CWS tanpa penambahan EKM yang hanya bertahan selama 2 menit. Nilai potensial zeta CWS terendah yakni -59,8 mV, yang mengindikasikan tingginya kestabilan suspensi, diperoleh pada penambahan 0,01 gr/ml EKM, kemudian meningkat seiring penambahan dosis EKM, kemungkinan karena pengurangan permukaan partikel yang tertutup muatan. Nilai viskositas CWS terendah, 870 mPas, diperoleh pada penambahan 0,01 gr/ml EKM. Sedangkan penambahan EKM 0,02 dan 0,03 gr/ml menghasilkan slurry dengan viskositas semakin meningkat (yang lebih kental), karena dosis surfaktan diperkirakan telah melewati critical micelle concentration (CMC).