digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Penyakit tukak peptik merupakan penyakit sistem gastrointestinal yang umum terjadi dengan prevalensi mencapai 10% dari total populasi dunia. Hingga saat ini, obat konvensional yang ditujukan untuk tukak peptik telah banyak dikembangkan dan digunakan. Namun, adanya efek samping obat yang tidak diinginkan ketika digunakan dalam jangka waktu yang panjang menjadi dasar pengembangan terapi alternatif untuk mencegah dan mengatasi tukak peptik, salah satunya dengan obat berbasis bahan alam. Berdasarkan penelitian sebelumnya, jahe (Zingiber officinale Roscoe) dan temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb.) terbukti memiliki aktivitas antitukak yang dapat digunakan untuk mengobati penyakit tukak peptik. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan aktivitas antitukak kombinasi ekstrak etanol rimpang jahe dan temulawak pada tikus Wistar jantan yang diinduksi etanol. Penelitian dilakukan terhadap 7 kelompok uji, terdiri atas kelompok kontrol negatif dan kontrol positif (CMC-Na 0,5%); pembanding (sukralfat 200 mg/kg BB); ekstrak etanol rimpang jahe tunggal (EERJT) 200 mg/kg BB; ekstrak etanol rimpang temulawak tunggal (EERTT) 200 mg/kg BB; kombinasi ekstrak etanol rimpang jahe dan temulawak (KEERJT) 100:100 dan 200:200 mg/kg BB. Seluruh kelompok kecuali kelompok kontrol negatif diinduksi tukak dengan etanol. Hasil pengujian aktivitas antitukak menunjukkan bahwa pada kelompok EERJT 200 mg/kg BB menunjukkan indeks tukak lambung dan persentase inhibisi tukak masing-masing 11,00 dan 42,86%; pada kelompok EERTT 200 mg/kg BB masing-masing 3,75 dan 80,52%; pada kelompok KEERJT 100:100 mg/kg BB masing-masing 6,75 dan 62,94%; serta pada kelompok KEERJT 200:200 mg/kg BB masing-masing 3,00 dan 84,42%. Dari keseluruhan hasil penelitian, kombinasi ekstrak etanol rimpang jahe dan temulawak (KEERJT) menunjukkan efek gastroprotektif mulai dari dosis 100:100 mg/kg BB.