ABSTRAK Ramadhan Furqonulhaq
Terbatas Yoninur Almira
» ITB
Terbatas Yoninur Almira
» ITB
BAB 1 Ramadhan Furqonulhaq
Terbatas Yoninur Almira
» ITB
Terbatas Yoninur Almira
» ITB
BAB 2 Ramadhan Furqonulhaq
Terbatas Yoninur Almira
» ITB
Terbatas Yoninur Almira
» ITB
BAB 3 Ramadhan Furqonulhaq
Terbatas Yoninur Almira
» ITB
Terbatas Yoninur Almira
» ITB
BAB 4 Ramadhan Furqonulhaq
Terbatas Yoninur Almira
» ITB
Terbatas Yoninur Almira
» ITB
BAB 5 Ramadhan Furqonulhaq
Terbatas Yoninur Almira
» ITB
Terbatas Yoninur Almira
» ITB
PUSTAKA Ramadhan Furqonulhaq
Terbatas Yoninur Almira
» ITB
Terbatas Yoninur Almira
» ITB
LAMPIRAN Ramadhan Furqonulhaq
Terbatas Yoninur Almira
» ITB
Terbatas Yoninur Almira
» ITB
Ledakan penduduk perkotaan pada abad 20 disertai dengan perkembangan
motorisasi telah mendisrupsi ruang dan bentuk perkotaan serta membentuk perilaku
mobilitas. Peristiwa motorisasi berdampak signifikan terhadap ruang dan bentuk
kota kota terutama di Asia . Kota-kota semakin menjalar ke pinggiran dengan
kepadatan rendah atau disebut dengan urban sprawling. Urban sprawling terjadi
sangat cepat dan sulit dihambat berkaitan dengan penggunaan kendaraan bermotor
pribadi menimbulkan isu kelestarian/keberlanjutan. Sama halnya dengan kota-kota
lain di Indonesia, angkutan umum di Surabaya mengalami degradasi kualitas dan
ketersediaan semakin menurun akibat urban sprawling dan motorisasi.
Permasalahan absensi pelayanan angkutan umum ini telah diupayakan teratasi
melalui rencana angkutan massal cepat (AMC) berupa monorail dan trem yang
melayani koridor utara-selatan dan timur-barat. Namun pengimplementasiannya
membutuhkan investasi yang sangat tinggi sehingga mengalami penundaan realisasi.
Tingginya biaya investasi implementasi AMC menjadi bahan diskusi terkait
urgensinya belum lagi sustainability pengoperasionalannya jika hanya berfokus
pada perihal pengadaan. Berdasarkan hasil empiris bentuk kota atau aspek
lingkungan binaan dan perilaku mobilisasi menjadi kesatuan oleh sebab itu perlu
peninjauan aspek tersebut di Kota Surabaya sendiri secara umum serta sepanjang
koridor transit. Berbagai konsep pengembangan kawasan transit menjadi preseden
untuk membantu identifikasi aspek lingkungan binaan dalam konteks kawasan transit
di Surabaya. hasil literature review parameter lingkungan binaan yang berkaitan
dengan pengembangan kawasan transit terdiri atas lima kelompok karakteristik.
Kelima karakteristik tersebut antara lain kepadatan (dense), mixed-use (diversity),
konektivitas, integrasi, dan desain berorientasikan manusia (active transportation)
Penelitian ini menyimpulkan kondisi lingkungan binaan dalam area pelayanan di
Surabaya masih kurang mendukung sistem transit. Oleh sebab itu perlu beberapa
strategi untuk mengembangakan kawasan agar sistem transit dapat melayani secara
optimal.