Tereksposnya mineral sulfida yang teroksidasi oleh oksigen disertai keberadaan air
berpotensi untuk menghasilkan air asam tambang (AAT). Salah satu metode yang
dilakukan dalam pencegahan pembentukan AAT adalah dengan metode dry cover dengan
menempatkan material bersifat non-acid forming (NAF) untuk menudung material yang
bersifat potentially acid forming (PAF). Ketersediaan material NAF baik dari segi kualitas
maupun kuantitas untuk mengisolasi batuan PAF seringkali terbatas di lapangan. Oleh
karena itu, penelitian untuk mendapatkan substitusi material NAF diperlukan. Salah satu
alternatif material substitusi NAF adalah campuran dari material PAF dan fly ash.
Penelitian ini dilakukan untuk mengevaluasi pemanfaatan fly ash dengan skenario
pencampuran menggunakan metode free draining column leach test (FDCLT) pada skala
laboratorium dan lapangan, serta pembuatan model timbunan. Sampel uji kinetik terdiri
dari kolom kontrol dan pencampuran PAF dengan penambahan fly ash 5%, 15%, dan 25%.
Sedangkan pada model timbunan, sampel PAF 0,3 m ditempatkan pada bagian bawah
timbunan, ditutup dengan campuran PAF-FA 2:1 0,9 m dan pada bagian atas timbunan
ditempatkan topsoil 0,3 m. Sensor oksigen dan moisture dipasang pada setiap jenis lapisan
model timbunan untuk mengetahui konsentrasi oksigen dan kandungan air pada timbunan
selama pengujian berlangsung. Dilakukan analisis terhadap sifat fisik, kualitas lindian, dan
kesetimbangan geokimia pada lindian untuk menjelaskan performa pencampuran melalui
lindian yang dihasilkan.
Berdasarkan pengujian XRD dan XRF diketahui adanya keberadaan mineral sulfida dalam
bentuk pirit (FeS2) pada batuan PAF, serta adanya alkali yang terkandung dalam fly ash
seperti Ca dan Mg yang berperan dalam menetralkan AAT. Semakin besar rasio
penambahan fly ash akan meningkatkan kandungan alkalinitas baik untuk mencegah
maupun menetralkan AAT. Selain itu, distribusi ukuran butir dan homogenitas dari
campuran yang digunakan mempengaruhi kualitas lindian yang dihasilkan. Pada model
timbunan, ukuran butir material PAF yang digunakan lebih heterogen karena perbedaan
skala uji. Kondisi ini menyebabkan adanya pengecilan ukuran butir material PAF yang
berakibat terbentuknya permukaan baru yang tidak tertutupi oleh material fly ash setelah
ditempatkan. Adanya permukaan baru menyebabkan laju oksidasi meningkat yang ditandai
dengan pH lindian yang dihasilkan bersifat asam. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa
kesetimbangan geokimia tidak hanya menjadi acuan untuk menghasilkan lindian yang baik,
namun distribusi ukuran butir, karakteristik fisik, dan kimia sampel yang digunakan
memiliki peranan penting dalam mencegah pembentukan AAT.