2007 TA PP WINNA MEIDYANA 1-COVER.pdf
2007 TA PP WINNA MEIDYANA 1-BAB 1.pdf
2007 TA PP WINNA MEIDYANA 1-BAB 2.pdf
2007 TA PP WINNA MEIDYANA 1-BAB 3.pdf
2007 TA PP WINNA MEIDYANA 1-BAB 4.pdf
2007 TA PP WINNA MEIDYANA 1-BAB 5.pdf
2007 TA PP WINNA MEIDYANA 1-PUSTAKA.pdf
Abstrak:
Di era globalisasi yang tengah dihadapi oleh bangsa Indonesia saat ini, akses Internet dan multimedia yang cepat dan mudah sangatlah dibutuhkan. Oleh karena itu banyak sekali perusahaan yang bergerak di bidang Internet Service Provider (ISP) bermunculan di Indonesia. Salah satunya adalah PT IndosatM2 dengan program IM2. Semenjak tahun 2003, IM2 mulai dipasarkan di kota Bandung namun belum bisa menjaring pasar yang cukup banyak karena
kurangnya promosi yang dilakukan padahal persaingan di jenis bisnis ini sangatlah ketat apalagi di kota Bandung yang merupakan ibukota provinsi Jawa Barat dan masyarakat kota Bandung yang sudah semakin haus akan informasi.
Jika hal ini terus berlanjut, dikhawatirkan program IM2 akan mengalami kegagalan di kota Bandung yang mengakibatkan kerugian pada PT indosat Tbk sebagai induk perusahaan IM2. Pada penelitian kali ini, penulis berusaha mencari risiko risiko pemasaran yang dihadapi oleh program IM2 di kota Bandung. Setelah itu, penulis akan memberikan rekomendasi yang berupa rencana strategi pemasaran untuk menjaring pasar di kota Bandung. Penelitian ini menggunakan kuesioner yang dibagikan kepada masyarakat kota bandung usia 20-45 tahun untuk mengetahui media promosi apakah yang paling tepat untuk memasarkan program IM2 di kota Bandung menurut persepsi dari masyarakat kota Bandung. Penulis juga melakukan wawancara dengan pihak management IM2 untuk mengetahui
persepsi management mengenai media promosi yang tepat dan juga untuk mengetahui jumlah pelanggan ISP IM2 sampai pertengahan tahun 2007 ini.
Hasil kuesioner menunjukkan bahwa penggunaan Internet Service Provider sudah banyak diminati baik di rumah maupun di perkantoran. Umumnya mereka menggunakan Internet Service Provider jenis Dial Up. Dari hasil
kuesioner juga diketahui bahwa kebanyakan dari responden mengetahui Internet service Provider melalui kekuatan word of mouth. Namun kebanyakan dari responden memilih media promosi yang paling tepat untuk memasarkan Internet
Service Provider di kota Bandung adalah melalui media televisi walaupun tidak sedikit pula yang memilih majalah/koran sebagai media yang paling efektif.
Diketahui pula bahwa tidak sedikit responden yang akan berpindah ke Internet Service Provider IM2 jika promosinya dilakukan melalui media media tersebut.
Dari wawancara yang dilakukan Penulis, diperoleh bahwa ada perbedaan persepsi antara management IM2 dengan masyarakat kota Bandung. Management beranggapan bahwa promosi melalui pameran saja sudah cukup untuk memasarkan program IM2, namun masyarakat beranggapan TV adalah
media yang paling efektif. Diperoleh pula data mengenai pelanggan IM2 yang belum mencapai target karena media promosi tidak tepat sasaran. Sedangkan hasil risk mitigation yang sudah dilakukan menunjukkan bahwa sebaiknya promosi yang dilakukan melalui pameran dihentikan dan digantikan oleh promosi yang dilakukan di TV. Oleh karena itu berdasarkan analisis tersebut, penulis memberikan rekomendasi untuk PT IndosatM2 berupa saran untuk mengiklankan program IM2 di media televisi atau koran lokal kota Bandung. Penulis juga menyarankan agar PT indosatM2 selalu mengikuti perkembangan promosi promosi yang dilakukan oleh para competitor khususnya di kota bandung agar program IM2 bisa terus bertahan.