Ibu selalu mengharapkan kelahiran bayinya normal, aman dan penuh dengan
pengalaman positif. Melahirkan merupakan hal yang kompleks dan krusial, bukan
hanya kesehatan reproduksi dan lingkungan fisik, tetapi lebih jauh lagi terkait
psikofisiologis seorang ibu dan perasaan keluarganya. Kesadaran masyarakat akan
kesehatan melahirkan semakin meningkat, begitupun dalam menilai fasilitas
kesehatannya. Pengalaman melahirkan dinilai krusial demi kesehatan ibu dan
bayinya serta menentukan keputusan reproduksi di masa depan. Pemerintah menilai
serius permasalahan ini dan menghimbau agar masyarakat Indonesia untuk
melahirkan di fasilitas kesehatan. Himbauan ini tercantum dalam peraturan
pemerintah dalam Peraturan Menteri Kesehatan No. 97 Tahun 2014 Pasal 14 ayat
(1). Tempat praktik mandiri bidan swasta menjadi salah satu fasilitas kesehatan
yang memiliki peminat tersendiri di mana fasilitas ini memang dikhususkan untuk
menangani berbagai hal seputar kelahiran. Menurut Dinkes Kabupaten Cirebon
pada tahun 2019-2021, TPMB swasta menempati urutan kedua sebagai tempat yang
banyak menangani persalinan setelah rumah sakit. Penentuan tempat melahirkan
pun dilatar belakangi oleh berbagai faktor mulai dari kepercayaan pada tenaga
medis hingga faktor lingkungan.
Menjelang melahirkan, seringkali ibu mengalami perubahan psikologis yang
meningkat secara kompleks dan akhirnya mengakibatkan kecemasan prakelahiran.
Umumnya semakin mendekati waktu melahirkan, ibu merasa semakin cemas
(Muzayyana dan Saleh, 2021). Di Indonesia sendiri terdapat 107.000.000 ibu
(28,7%) mengalami kecemasan dalam menghadapi prakelahiran (Muzayyana dan
Saleh, 2021). Hal ini disebabkan oleh timbulnya berbagai emosi, perubahan fisik
dan psikologis hingga perlunya penyesuaian baru yang harus dijalani ibu demi hasil
terbaik untuk bayi dan dirinya. Jika kecemasan ini dibiarkan dapat berdampak
negatif pada proses maupun hasil kelahiran. Oleh karena itu diperlukan berbagai
upaya untuk menekan kecemasan ini, salah satunya diperlukan pula peran
lingkungan sebagai pendekatan non-medis (non-farmakologis). Namun sangat
disayangkan, secara umum pengelola fasilitas kesehatan belum banyak menaruh
perhatian pada penataan lingkungan kelahiran terhadap psikologis pasiennya.
Mereka cenderung hanya mengoptimalkan sisi kualitas penanganan medis dan
pelayanannya saja, dengan tampilan lingkungan yang sederhana dan apa adanya
sehingga terkesan mengabaikan faktor psikologis pasien dan kenyamanannya.
Sebaiknya kesadaran masyarakat akan pentingnya kesehatan melahirkan ini juga
didukung oleh pemerintah melalui peningkatan pelayanan dan pemerataan yang
mencakup tenaga, sarana dan prasarana tak terkecuali pengadaan lingkungan
fasilitas kesehatan yang baik dari segi kuantitas maupun kualitasnya.
Pengalaman melahirkan ibu sangat penting dalam menilai kualitas perawatan
intrapartum (kelahiran bayi). Hal ini dipengaruhi oleh kemampuan mempersepsi
dan adaptasi ibu dalam menilai lingkungannya yang bersifat subjektif. Hal ini
bergantung pada kondisi, persepsi dan kebutuhan tiap individu yang berbeda.
Penilaian tersebut dapat dipengaruhi oleh kondisi ibu bersalin yang berbeda dengan
kondisi individu normal pada umumnya, di mana ia memerlukan pendekatan
khusus baik secara fisik maupun psikis. Seringkali ibu prakelahiran mengalami
disfungsi pada beberapa indranya. Hal ini dikarenakan keadaan diri ibu yang kurang
optimal akibat serangkaian yang terjadi saat masa prakelahiran sehingga
memengaruhi dan membatasi kemampuan pengindraanya.
Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi pengaruh berbagai unsur fisik
lingkungan fasilitas kebidanan terhadap penurunan kecemasan prakelahiran. Objek
penelitian ini merupakan ruang prakelahiran di TPMB Hj. Ade M. Kabupaten
Cirebon. Ruang prakelahiran ini bersifat multifungsi yang dapat menampung
berbagai aktivitas, mulai dari menunggu waktu kelahiran tiba, menjadi tempat
melahirkan jika dalam kondisi darurat hingga menjadi ruang rawat setelah ibu
selesai melahirkan bayinya. Penelitian ini berfokus pada persepsi ibu dalam
menilai ruang prakelahirannya berdasarkan pengalamannya dulu sewaktu tinggal di
sana. Penilaian pada penelitian ini berdasarkan pada 29 responden berlatar
belakang sebagai ibu rumah tangga yang berdomisili di Kabupaten Cirebon dengan
kategori usia ideal reprosuksi (20 – 34 tahun).
Dalam penelitian ini peneliti membandingkan standar dari kajian pustakan, hasil
observasi objek studi, persepsi responden dan pengelola TPMB mengenai penataan
fisik ruang prakelahiran yang selanjutnya akan dianalisis secara deskriptif dan
komparatif. Teori psikologi lingkungan menjadi teori utama dalam penelitian ini
untuk menjelaskan interaksi manusia dan lingkungan yang saling membentuk.
Penelitian ini berhasil melengkapi bukti pengaruh lingkungan fisik terhadap
psikologi ibu prakelahiran. Hasil penelitian menunjukkan bahwa elemen yang
paling memengaruhi kenyamanan ibu sebelum melahirkan ialah (1) suhu; kedua
adalah (2) pemandangan alam, (3) luas ruangan, dan (4) kebersihan; ketiga ialah (5)
suara dan (6) aroma; disusul dengan (7) pencahayaan; (8) furnitur dan aksesoris
interior; (9) estetika interior pada urutan selanjutnya. Penelitian ini juga
menemukan jika elemen yang paling berpengaruh adalah suhu sekaligus
menyanggah teori yang menyatakan jika stimuli visual merupakan stimuli yang
paling dominan diantara elemen lainnya (Augustin ,2009; Bochicchio dan Winsler,
2020). Selain itu, kebutuhan akan pemandangan alam belum tergantikan oleh
estetika interior ruang prakelahiran yang ada. Melalui penelitian ini juga ditemukan
bahwa penyebab kecemasan prakelahiran pada ibu didominasi oleh oleh faktor
internal, namun penyelesaian justru melalui faktor eksternal, dikarenakan nilai
psikososial, pengetahuan dan membutuhkan distraksi positif di luar diri ibu.
Temuan ini menekankan pentingnya penggabungan teknik non-farmakologi dalam
penataan lingkungan fasilitas kesehatan untuk menekan kecemasan prakelahiran.
Hal ini menjadi referensi terbaru dalam merancang lingkungan kelahiran dengan
mengoptimalkan suhu ruang prakelahiran yang diwujudkan dari rancangan elemen
fisik lainnya dalam membangun citra sejuk berdasarkan indra penglihatan (visual),
indra pendengaran (audition), indra penciuman (olfactory) dan tentunya indra
thermoreception.