Banyak penyandang disabilitas yang membutuhkan soket atas lutut dengan harga
terjangkau untuk menghubungkan tungkai sisa dengan bagian kaki lainnya. Namun,
soket ini masih dibuat dengan cara konvensional. Dengan munculnya manufaktur aditif
sebagai metode manufaktur yang modern, universitas di seluruh dunia telah mulai
menggunakan metode ini untuk membuat soket tungkai bawah. Ada banyak alasan
mengapa metode percetakan 3D memiliki keunggulan dibandingkan metode cetakan,
yaitu dapat menghemat waktu dan biaya. Dalam tugas sarjana ini, suatu prosedur
dikembangkan untuk merancang dan membuat soket transfemoral menggunakan metode
manufaktur aditif dan memeriksa apakah metode ini memang memiliki manfaat tersebut.
Penelitian dimulai dengan proses desain. Proses perancangan meliputi pemindaian
tungkai, pemodelan dan validasi model tungkai, serta pemodelan dan validasi model
soket. Karena printer 3D tidak dapat mencetak satu soket sekaligus, langkah selanjutnya
ditambahkan, yaitu pemisahan model soket menjadi dua bagian dan penambahan lapisan
tumpang tindih pada soket bawah. Terakhir, model soket dikirim ke alat pengiris 3D
untuk dicetak dan kedua bagian soket dihubungkan oleh sianoakrilat.
Hasil dari tugas sarjana ini adalah soket transfemoral yang dicetak secara 3D beserta
prosedur desain dan manufaktur yang terdokumentasi. Pembuatan soket ini
membutuhkan waktu 51 jam 15 menit dan biaya pembuatannya hanya Rp.151.000.
Penelitian ini telah berhasil membuktikan bahwa soket yang dibuat dengan metode
manufaktur aditif lebih murah dan lebih cepat untuk dibuat daripada dengan metode
konvensional. Untuk penelitian selanjutnya optimasi desain dan pengaturan pengiris
serta pengujian kekuatan dapat dilakukan untuk memperbaiki desain socket.