digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

ABSTRAK Dinda Alshauma Dwi Harman
Terbatas Open In Flip Book Yoninur Almira
» ITB

BAB 1 Dinda Alshauma Dwi Harman
Terbatas Open In Flip Book Yoninur Almira
» ITB

BAB 2 Dinda Alshauma Dwi Harman
Terbatas Open In Flip Book Yoninur Almira
» ITB

BAB 3 Dinda Alshauma Dwi Harman
Terbatas Open In Flip Book Yoninur Almira
» ITB

BAB 4 Dinda Alshauma Dwi Harman
Terbatas Open In Flip Book Yoninur Almira
» ITB

BAB 5 Dinda Alshauma Dwi Harman
Terbatas Open In Flip Book Yoninur Almira
» ITB

PUSTAKA Dinda Alshauma Dwi Harman
Terbatas Open In Flip Book Yoninur Almira
» ITB

LAMPIRAN Dinda Alshauma Dwi Harman
Terbatas Open In Flip Book Yoninur Almira
» ITB

Pertumbuhan perkotaan, baik perluasan wilayah maupun pertumbuhan penduduknya, telah terjadi dengan pesat dalam beberapa dekade terakhir dan diprediksi akan terus meningkat di tingkat global, nasional, maupun regional, termasuk di Pulau Jawa-Bali yang kini menjadi wilayah perkotaan terbesar di Indonesia. Apabila tidak dikendalikan, pertumbuhan perkotaan yang terjadi terutama urban sprawling akan mengakibatkan pelayanan kebutuhan masyarakat perkotaan yang tidak efisien. Indikator 11.3.1 Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (TPB), sebagai salah satu indikator dalam upaya mewujudkan pembangunan perkotaan yang berkelanjutan, menawarkan pengukuran efisiensi penggunaan lahan dalam memahami fenomena ini sehingga dapat dilakukan tindakan untuk meminimalkan dampak buruk dari pertumbuhan perkotaan sekaligus memaksimalkan manfaatnya. Pengukuran ini dilakukan dengan sederhana melalui identifikasi hubungan antara perluasan ruang dan perubahan populasi di suatu wilayah perkotaan, yang diformulasikan sebagai rasio laju konsumsi lahan perkotaan (land consumption rate/LCR) secara spasial terhadap laju pertumbuhan penduduknya (population growth rate/PGR), atau disebut LCRPGR. Hasil perhitungan nilai LCRPGR di perkotaan Pulau Jawa-Bali pada tahun 1975-2015 menunjukkan bahwa sebagian besar perkotaan di kedua pulau berkembang pesat dengan laju konsumsi lahan melebihi pertumbuhan penduduknya (LCRPGR › 1), yang mengindikasikan penggunaan lahan perkotaan yang tidak efisien. Dibandingkan laju pertumbuhan penduduk, laju konsumsi lahan perkotaan di Pulau Jawa-Bali lebih memiliki pola dan dinamika tertentu dalam pertumbuhan perkotaan yang terjadi, baik secara spasial maupun temporal. Secara spasial, laju konsumsi lahan yang tinggi terjadi di banyak perkotaan pada bagian timur Pulau Jawa-Bali. Sedangkan secara temporal, laju konsumsi lahan relatif lebih tinggi pada periode 1990-2000. Dalam rangka mewujudkan pembangunan perkotaan yang berkelanjutan, diperlukan peninjauan indikator TPB perkotaan lainnya untuk dapat memaknai nilai efisiensi penggunaan lahan tersebut.