digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Daerah Selayo memiliki temperatur antara 18 hingga 22 derajat celsius, merupakan salah satu daerah dengan suhu terendah di antara daerah lainnya di Provinsi Sumatera Barat. Kondisi iklim yang dingin ini memberikan tantangan dalam dunia pertanian, terutama untuk tanaman capsicum annuum (cabai) yang memerlukan temperatur yang lebih hangat dan stabil. Budidaya cabai seringkali terhambat oleh fluktuasi temperatur yang mengakibatkan pertumbuhan terhambat, penundaan panen, dan hasil yang buruk. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji desain sistem pemanas berkelanjutan berupa rumah kaca yang menggunakan geothermal heat pump dan geothermal radiant floor sebagai sumber panas utama. Sistem ini dirancang untuk menjaga suhu stabil pada 28°C guna mendukung pertumbuhan tanaman cabai (Capsicum annuum) di lingkungan dingin, di mana suhu sekitar berkisar 22°C pada siang hari dan turun hingga 18°C pada malam hari. Sumber panas berasal dari manifestasi geotermal Bukit Kili, yang diharapkan mampu menyediakan panas secara konsisten. Hasil simulasi menggunakan DSSAT menunjukkan bahwa sistem ini mampu meningkatkan produktivitas tanaman cabai secara signifikan. Dengan suhu stabil 28°C, rata-rata hasil panen mencapai 1,8 kg per tanaman, atau total 54 kg dari 30 tanaman, jauh lebih tinggi dibandingkan kondisi tanpa rumah kaca. Sistem pemanas ini juga terbukti mendukung pertumbuhan vegetatif, meningkatkan efisiensi fotosintesis, dan mengurangi abortus bunga dan buah.