Daerah Selayo memiliki temperatur antara 18 hingga 22 derajat celsius, merupakan
salah satu daerah dengan suhu terendah di antara daerah lainnya di Provinsi
Sumatera Barat. Kondisi iklim yang dingin ini memberikan tantangan dalam dunia
pertanian, terutama untuk tanaman capsicum annuum (cabai) yang memerlukan
temperatur yang lebih hangat dan stabil. Budidaya cabai seringkali terhambat oleh
fluktuasi temperatur yang mengakibatkan pertumbuhan terhambat, penundaan
panen, dan hasil yang buruk. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji desain sistem
pemanas berkelanjutan berupa rumah kaca yang menggunakan geothermal heat
pump dan geothermal radiant floor sebagai sumber panas utama. Sistem ini
dirancang untuk menjaga suhu stabil pada 28°C guna mendukung pertumbuhan
tanaman cabai (Capsicum annuum) di lingkungan dingin, di mana suhu sekitar
berkisar 22°C pada siang hari dan turun hingga 18°C pada malam hari. Sumber
panas berasal dari manifestasi geotermal Bukit Kili, yang diharapkan mampu
menyediakan panas secara konsisten. Hasil simulasi menggunakan DSSAT
menunjukkan bahwa sistem ini mampu meningkatkan produktivitas tanaman cabai
secara signifikan. Dengan suhu stabil 28°C, rata-rata hasil panen mencapai 1,8 kg
per tanaman, atau total 54 kg dari 30 tanaman, jauh lebih tinggi dibandingkan
kondisi tanpa rumah kaca. Sistem pemanas ini juga terbukti mendukung
pertumbuhan vegetatif, meningkatkan efisiensi fotosintesis, dan mengurangi
abortus bunga dan buah.