digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Sistem PLTS merupakan salah satu renewable energi yang banyak diminati. Penggunaan sistem PLTS meningkat dalam beberapa tahun terakhir mulai dari daerah perkotaan hingga mencakup daerah daerah terpencil atau daerah terisolasi. Seiring dengan banyaknya penggunaan PLTS, terdapat berbagai hambatan yang muncul, salah satunya dalah penggunaan lahan, kurangnya lahan untuk pembangunan sistem dikarenakan sudah digunakan untuk perumahan serta area beraktifitas penduduk terkhusus di daerah pulau yang memiliki lahan daratan yang terbatas, sehingga alternatif pembangunan PLTS dilakukan di atas permukaan air laut yang sering dikenal dengan offshore floating PV PLTS terapung laut dan PLTS di daratan memiliki perbedaan ekosistem sehingga akan menghasilkan performa yang berbeda, hal ini menjadi aspek dalam pemilihan sistem. Pada penelitian ini indicator performa dari power system adalah keluaran sistem, faktor ketersediaan daya serta kelayakan ekonomi. Lokasi penelitian berada di pulau Kodingareng yang berlokasi di lepas pantai Makassar, Sulawesi Selatan, Indonesia. Kapasistas sistem sebesar 3MW berdasarkan PLTS yang sudah ada sebelumnya. Output dari kedua sistem PLTS dihitung dan disimulasikan menggunakan software Matlab Simulink kemudian dibandingkan. Untuk analisis faktor ketersediaan daya diperlihatkan bagaimana pengaruh intermitensi dari dari radiasi matahari yang mempengaruhi daya keluaran dari sistem PLTS terapung laut. Aspek ekonomi dilihat dengan analisis LCoE menggunakan daya listrik yang dihasilkan berdasarkan simulasi dan total biaya PLTS terapung dari NREL. Hasil simulasi memperlihatkan bahwa output dari PLTS terapung laut lebih besar dibanding PLTS di daratan. Faktor ketersediaan daya pada PLTS terapung laut memperlihatkan ketidakstabilan dari daya keluaran terutama pada musim penghujan yang diakibatkan oleh ketebalan awan yang tinggi sehingga radiasi matahari yang sampai ke permukaan panel surya juga berkurang. Nilai LCoE dari PLTS terapung lebih rendah dibandingkan nilai LCoE PLTS di daratan, dimana nilai LCoE dari PLTS terapung laut dan PLTS di daratan lebih mahal dibandingkan standar harga pembelian listrik di Indonesia, khususnya untuk daerah Pulau Kodingareng.