Kulit buah manggis (Garcinia mangostana L.) adalah salah satu obat tradisional
yang memiliki efek antihiperglikemia. Bahan ini mudah ditemukan di Indonesia
dan telah banyak dimanfaatkan oleh masyarakat. Senyawa ?-mangostin, ?mangostin, dan xanton yang terdapat di dalam kulit buah manggis digunakan
sebagai marker. Penelitian ini betujuan untuk meneliti efek, mekanisme kerja,
keamanan, serta menetapkan standarisasi mutu ekstrak etanol kulit buah manggis
(EEKM).
EEKM yang digunakan dalam penelitian diperoleh dari PT.Borobudur dan
merupakan ekstrak hasil maserasi menggunakan pelarut etanol 70% dengan
penambahan Maltodextrin sebagai pengisi. Tahapan penelitian meliputi uji efek,
mekanisme kerja, dan keamanan EEKM secara in silico dan in vivo, serta
standarisasi mutu ekstrak dan analisis kandungan senyawa marker (?-mangostin, ?mangostin, dan xanton).
Studi molecular docking menunjukkan bahwa ligan ?-mangostin, ?-mangostin, dan
xanton dapat berikatan dengan reseptor/enzim GLUT-4, PPAR-?, DPP-4, aldosa
reductase, GLP-1, GSK-3?, GSK-3? , CD-4, dan SGLT-2 yang ditunjukkan dengan
nilai afinitas ikatan yang sebanding dengan ligan pembanding, yakni obat yang
memiliki target yang sama. Sementara itu, berdasarkan analisis molecular dynamic
pada reseptor SGLT-2, ?-mangostin menunjukkan stabilitas yang lebih tinggi
dibandingkan dengan ?-mangostin dan xanton serta menunjukkan peran tertinggi
dalam mengikat reseptor SGLT-2.
Hasil uji in vivo pada tikus yang diinduksi diet tinggi lemak (HFD) dan
Streptozotocin 35 mg/kg menunjukkan bahwa pemberian masing-masing dosis
EEKM (100 mg/kgbb tikus, 200 mg/kgbb tikus, dan 400 mg/kgbb tikus)
memberikan efek terhadap penurunan kadar glukosa darah dan efek paling baik
ditunjukkan oleh pemberian EEKM dosis 400 mg/kgbb tikus. Pengamatan ekspresi
gen SGLT-2 pada ginjal melalui metode RT-qPCR menunjukkan perbedaan
bermakna (p<0,05) antara kelompok EEKM 200 dan 400 mg/kg bb tikus
dibandingkan dengan kelompok kontrol, dan tidak terdapat perbedaan yang
bermakna terhadap kelompok Empagliflozin. Serum darah hewan yang dianalisis
dengan metode ELISA dan menunjukkan perbedaan bermakna (p<0,05) pada
peningkatan GLUT-4 antara kelompok kontrol (Na.CMC 0,3%) dibandingkan
dengan kelompok EEKM 200 dan 400 mg/kg. Sedangkan hasil analisis peningkatan
PPAR-? dan penurunan SGLT-2 menunjukkan perbedaan bermakna (p<0,05)
antara kelompok kontrol (Na.CMC 0,3%) dibandingkan semua kelompok EEKM
(100, 200, 400 mg /kg bb tikus). Hasil serupa juga ditunjukkan oleh obat
pembanding (Empagliflozin, Pioglitazon, dan Metformin). Oleh karena itu, dapat
disimpulkan bahwa EEKM pada dosis tertentu dapat memiliki efek sebagai
antidiabetes melitus melalui mekanisme kerja peningkatan ekspresi GLUT-4 dan
PPAR-?, serta penurunan ekspresi SGLT-2.
Hasil uji keamanan menggunakan uji toksisitas virtual, Protox-II Web Server
memperkirakan bahwa ?-mangostin dengan LD50 kelas 5, tidak menunjukkan efek
toksik pada semua parameter uji (hepatotoksik, karsinogenik, imunotoksik,
mutagenik, dan sitotoksik). Oleh karena itu, diperkirakan senyawa ini merupakan
senyawa yang paling aman dalam EEKM, dibandingkan dengan ?-mangostin dan
xanton, yang hanya toksisitas kelas 4 dan menunjukkan efek toksik pada beberapa
organ. Selanjutnya uji toksisitas kronis selama 6 bulan pada ekstrak kulit buah
manggis (Garcinia mangostana L.) tidak menunjukkan perbedaan perilaku dan
mortalitas hewan uji. Selain itu, EEKM pada semua dosis uji tidak menunjukkan
perbedaan bermakna dibandingkan dengan kelompok kontrol (Na.CMC 0,3%),
serta antar kelompok ditinjau dari parameter bobot badan, hematologi, dan bobot
organ. Namun melalui pengamatan biokimia, terdapat perbedaan bermakna
(p<0,05) antara kelompok kontrol (Na.CMC 0,3%) dibandingkan dengan kelompok
EEKM dosis 200 dan 400 mg/kg bb tikus pada parameter GOT tikus jantan dan
betina, Serta pada parameter trigliserida dan kreatinin pada pemberian EEKM pada
400 mg/kg bb tikus jantan. Hal ini juga terlihat pada pengamatan histologis yang
menunjukkan kelainan hati saat EEKM diberikan dengan dosis 200 mg/kg bb tikus
pada tikus betina dan 400 mg/kg bb pada tikus jantan dan betina. Kelainan organ
juga terjadi pada pengamatan histologi ginjal tikus jantan yang diberikan EEKM
400 mg/kg bb tikus. Secara keseluruhan, hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
EEKM dengan dosis 100 mg/kg bb tikus adalah dosis yang paling sesuai untuk
penggunaan jangka panjang (6 bulan).
Berdasarkan hasil pengujian analisis mutu esktrak, EEKM yang digunakan dalam
penelitian ditemukan memenuhi standarisasi parameter spesifik dan non-spesifik.
Ekstrak tersebut mengandung alkaloid, flavonoid, saponin, tanin, dan triterpenoid.
Kandungan senyawa ?-mangostin, ?-mangostin, dan xanton yang diamati dengan
HPLC berturut-turut adalah 19,88%, 16,15%, dan 7,66%. Nilai Rf dan spektrum
masing-masing senyawa marker tersebut hampir mirip dengan komponen EEKM,
berdasarkan TLC-densitometri.