digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

ABSTRAK Muhammad Rafid Zulfikar
PUBLIC Irwan Sofiyan

COVER MUHAMMAD RAFID ZULFIKAR
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB1 MUHAMMAD RAFID ZULFIKAR
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB2 MUHAMMAD RAFID ZULFIKAR
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB3 MUHAMMAD RAFID ZULFIKAR
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB4 MUHAMMAD RAFID ZULFIKAR
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB5 MUHAMMAD RAFID ZULFIKAR
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan

PUSTAKA MUHAMMAD RAFID ZULFIKAR
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan

Wind gust merupakan kenaikan kecepatan angin secara tiba-tiba yang berpotensi merusak infrastruktur atau menghambat kegiatan operasional baik di darat, udara, maupun laut sehingga prediksi wind gust menjadi hal penting untuk dilakukan. Proses wind gust dapat terjadi akibat sistem konvektif ataupun secara non-konvektif. Prediksi wind gust non-konvektif belum tentu dapat merepresentasikan wind gust akibat sistem konvektif sehingga diperlukan pendekatan estimasi yang baik untuk merepresentasikan wind gust pada dua kondisi tersebut. Model numerik atmosfer skala meso sendiri ditujukan untuk memprediksi kecepatan angin rata-rata sehingga wind gust perlu diparameterisasi. Pada penelitian ini dilakukan pengujian lima skema parameterisasi wind gust berdasarkan keluaran WRF dan diverifikasi di wilayah Kertajati, lokasi dengan rata-rata angin dan wind gust yang tinggi dibandingkan pengamatan lainnya di Jawa bagian Barat, untuk menentukan skema terbaik yang dapat merepresentasikan wind gust akibat sistem konvektif dan/atau non-konvektif. Pemilihan 3 tanggal simulasi untuk masing-masing kondisi dilakukan berdasarkan data kecepatan angin, wind gust, curah hujan dari observasi AWS BMKG, dan keberadaan awan kumulonimbus dari citra satelit Himawari 8 menggunakan metode split window. Verifikasi dilakukan untuk wind gust di ketinggian 10 m secara keseluruhan waktu ataupun saat kejadian ekstrem pada masing-masing kondisi. Hasil penelitian menunjukkan masing-masing skema prediksi wind gust tidak berbeda secara signifikan, dengan prediksi underestimate terjadi di tanggal 14 Juli 2018 dan waktu puncak wind gust akibat sistem konvektif pada tanggal 21 April 2018 dan 10 Desember 2018. Berdasarkan verifikasi untuk kondisi wind gust akibat non-konvektif, skema TKE merupakan skema parameterisasi terbaik, sedangkan hasil verifikasi kondisi wind gust akibat sistem konvektif skema Hybrid merupakan skema parameterisasi terbaik. Pada prediksi yang melibatkan kondisi non-konvektif dan konvektif direkomendasikan untuk menggunakan skema Hybrid.