digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800


COVER Kevin Tanuwijaya
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 1 Kevin Tanuwijaya
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 2 Kevin Tanuwijaya
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 3 Kevin Tanuwijaya
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 4 Kevin Tanuwijaya
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 5 Kevin Tanuwijaya
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan

PUSTAKA Kevin Tanuwijaya
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan

Fitoremediasi merupakan salah satu alternatif untuk remediasi tanah maupun air dari pencemaran logam berat seperti kadmium (Cd). Rumput gajah (Pennisetum purpureum) dan tanaman Typha (Typha latifolia L.) memiliki resistensi terhadap logam Cd sehingga dapat dimanfaatkan sebagai agen remediator Cd. Penelitian ini bertujuan untuk memanfaatkan biomassa hasil fitoremediasi untuk menghasilkan bioproduk melalui proses anaerobic digestion (AD) untuk menghasilkan biogas dan bioslurry sebagai bahan filler pembuatan biokomposit berupa biodegradable foam (biofoam). Fitoremediasi dilakukan dengan variasi konsentrasi Cd yaitu 15 dan 60 mg/L serta air distilasi (amidis) sebagai kontrol. Parameter pertumbuhan berupa relative growth rate (RGR) paling tinggi pada P. purpureum maupun T. latifolia diperoleh pada konsentrasi Cd 15 mg/L sebesar 31,21% dan 43,36% (g/g) secara berturut-turut. Efektivitas fitoremediasi ditinjau melalui bioconcentration factor (BCF), translocation factor (TF), serta removal percentage (%). Hasil penelitian menunjukkan nilai BCF pada P. purpureum di semua variasi bernilai lebih dari 1, sedangkan nilai BCF pada T. latifolia bernilai kurang dari 1. Nilai TF pada P. purpureum dan T. latifolia lebih kecil dari 1, kecuali pada P. purpureum dengan konsentrasi Cd 60 mg/L. Persentase pengurangan limbah Cd dalam media tanam melebihi 99,99% untuk semua variasi. Biomassa P. purpureum hasil fitoremediasi Cd digunakan sebagai substrat AD menyebabkan penurunan produksi biogas sebesar 31% dan 33% (v/v) pada perlakuan Cd15 dan Cd60 secara berturut-turut. Proses AD menurunkan kadar Cd dalam substrat hingga 25,9% pada perlakuan Cd60. Proses AD menurunkan fraksi selulosa substrat dengan rentang 30,67 – 41,79% (b/b) dan meningkatkan fraksi lignin dengan rentang 7,84 – 18,78% (b/b). Bioslurry hasil AD tersebut dikeringkan dan dicacah hingga berukuran mesh 100 sebagai filler biofoam dengan variasi penambahan filler sebanyak 0; 0,5; dan 1 g. Biofoam yang dihasilkan dengan penambahan filler sebanyak 0,5 g memiliki karakteristik mekanis yang paling optimum dengan elongasi 17,5%, ultimate tensile strength (UTS) sebesar 34,4 kPa, modulus elastisitas tertinggi sebesar 864 kPa, serta densitas terendah sebesar 219,8 kg/m3. Biofoam dengan dan tanpa penambahan filler bioslurry berpotensi sebagai material alternatif flexible polyurethane foam (FPF) komersial karena memiliki elongasi 7,43-kali lebih tinggi dan UTS 12,67-kali lebih tinggi meskipun memiliki nilai modulus Young 0,56-kali lebih rendah dan densitas 10-kali lebih tinggi dibandingkan FPF komersial.