Pada era teknologi ini, hampir semua operasi dan transaksi bisnis dilakukan melalui dunia maya, termasuk Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM). Namun, ancaman-ancaman bisnis juga berpindah ke dunia maya. Menurut penelitian, seiring dengan bertambahnya orang yang melakukan transaksi bisnis secara daring, ancaman akan serangan siber juga meningkat. Beberapa peneliatan juga menemukan jenis-jenis serangan siber yang ditujukan untuk UMKM. Maka dari itu, meningkatkan kesadaran akan keamanan siber merupakan hal yang penting bagi setiap pihak yang ada dalam lingkungan UMKM.
Masih banyak orang yang percaya bahwa keamanan siber lebih dipengaruhi oleh aspek teknis daripada pengaruh orang yang terlibat. Namun, perspektif ini salah. Banyak penelitian dan ahli menemukan bahwa manusia adalah faktor terlemah dalam kemanan siber. Tetapi, manusia juga dapat menjadi garda terdepan dalam perlindungan dari berbagai serangan siber dengan pelatihan yang memadai. Menerapkan kesadaran akan keamanan siber pada UMKM memiliki banyak tantangan. Karena, banyak pemilik UMKM percaya bahwa usahanya terlalu kecil dan tidak tepat untuk menjadi korban serangan siber. Padahal, UMKM menjadi target dari penjahat-penjahat siber karena kurangnya kesadaran dan sumber daya yang dimiliki seperti biaya, sistem manajemen, dukungan karyawan, dan komitmen usaha terhadap kemanan siber.
Di Indonesia, 99% bisnis adalah UMKM. Indonesia juga merupakan negara ke-tiga dengan penetrasi internet tercepat di region Asia-Pasifik. Penelitian juga menyimpulkan bahwa perpindahan UMKM ke dunia maya masih diproyeksikan untuk tumbuh secara signifikan. Menurut peneliti, UMKM pakaian daring merupakan bisnis yang relatif mudah untuk dimulai. Pendapat peneliti juga didukung oleh data dari Badan Pusat Statistik (BPS) yang menyebutkan bahwa industri pakaian berada di urutan ke-tiga sebagai sektor UMKM terbesar di Indonesia.
Peneliti juga menemukan kekosongan dalam penelitian terhadap kesadaran tentang pentingnya kesadaran tentang keamanan siber. Penelitian yang secara spesifik membahas kesadaran terhadap keamanan siber sangat terbatas, khususnya di industri UMKM pakaian Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk mengisi kekosongan dengan menguji kesadaran pelanggan tentang keamanan siber yang biasanya diujikan kepada pemilik UMKM. Pengujian kesadaran tentang keamanan siber ini juga diharapkan dapat menjadi dasar untuk penelitian pada UMKM di sektor lain atau lingkungan UMKM secara keseluruhan. Penelitian ini juga dapat dijadikan sebagai pedoman untuk pembuat kebijakan dalam upaya meningkatkan kesadaran terhadap keamanan siber di Indonesia.
Penelitian ini juga bertujuan untuk memberikan rekomendasi pada pelanggan UMKM pakaian daring dan semua yang terlibat di lingkungan UMKM untuk meningkatkan kesadaran terhadap keamanan siber dalam bertransaksi. Bertasarkan tujuan-tujuan tersebut, penelitian ini menggunakan dua pertanyaan penelitian: seberapa paham pelanggan UMKM pakaian daring di Indonesia terhadap keamanan siber? Dan bagaimana pelanggan UMKM pakaian daring di Indonesia serta semua yang terlibat di lingkungan UMKM dapat meningkatkan kesadaran tentang keaman siber dalam melakukan transaksi?
Peneliti menggunakan metode gabungan survei dan wawancara untuk menguji kesadaran tentang keamanan siber pelanggan UMKM daring di Indonesia secara keseluruhan. Metode gabungan dapat menguji fenomena yang terjadi secara rinci. Survei merupakan tahapan pertama dalam penelitian ini untuk menguji kesadaran keamanan siber pelanggan UMKM pakaian daring di Indonesia secara keseluruhan. Peserta survei diberikan dua puluh pertanyaan yang terdiri dari pilihan ganda, Likert Scale dengan 4 nilai, dan uraian singkat. Dua ratus enam puluh satu peserta mengisi survei, dan data diproses dengan aplikasi SPSS.
Wawancara dilakukan terhadap lima orang narasumber. Pertanyaan wawancara dibagi menjadi enam bagian berdasarkan topik yang ingin diteliti. Peneliti juga menanyakan beberapa pertanyaan penyelidikan untuk mendapatkan jawaban yang lebih rinci. Hasil wawancara yang sudah ditranskripsi secara manual kemudian diproses menggunakan aplikasi NVivo.
Hasil pengolahan data menunjukan bahwa sebagian besar pelanggan UMKM daring di Indonesia memiliki kesadaran tentang keamanan siber, yang dibuktikan oleh uji korelasi. Peserta penelitian dapat membedakan jenis jenis serangan siber, paham tentang pentingnya keamanan siber, dan memiliki pengalaman menjadi korban serangan siber. Uji korelasi kedua menunjukan bawha lingkungan pendidikan berperan penting dalam kemampuan peserta penelitian untuk mengidentifikasi berbagai jenis serangan siber. Uji korelasi yang ketiga menunjukan frekuensi transaksi pembelian berkorelasi terhadap kesadaran berbagai jenis serangan siber. Semakin tinggi frekuensi transaksi peserta penelitian, semakin tinggi juga kesadaran terhadap keaman siber. Kemudian, hasil wawancara mendukung uji korelasi tersebut.
Berdasarkan kedua metode penelitian, dapat disimpulkan bahwa pendidikan sangat berpengaruh terhadap kesadaran tentang kemanan siber. Selain uji korelasi, narasumber wawancara juga menyebutkan bahwa kesadaran tentang keamanan siber didapatkan dalam lingkungan pendidikan tinggi. Para narasumber juga menyarankan untuk mempermudah akses pendidikan ke semua kalangan sehingga membantu proses peningkatan kesadaran tentang kemanan siber. Kemudian, penelitian ini juga menemukan bahwa pihak pemerintah dan pemilik UMKM pakaian daring merupakan pihak yang tidak terpisahkan dalam meningkatkan kesadaran tentang kemanan siber. Kemanan siber merupakan tanggung jawab kita sendiri dan kita sebaiknya bersifat proactive dalam meningkatkan wawasan kita tentang kemanan siber.