digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Fenomena pembelian pakaian bekas atau second-hand clothing (SHC) sedang meningkat. SHC telah berkembang sebagai tren mode global dan sensasi bisnis. Dikalangan Generasi Z (Gen Z), SHC semakin popular. Khususnya di Indonesia yang memiliki populasi pemuda Gen Z yang terus bertambah karena adanya bonus demografi. Selain itu, Gen Z di Indonesia memiliki ciri khas yang membedakannya dengan negara lain. Banyak faktor yang dapat memengaruhi pembelian SHC, dapat dibedakan dari budaya, pribadi, sosial, dan psikologis. Faktor pendorong Gen Z dalam membeli SHC dapat bervariasi dan bersifat pribadi. Faktor-faktor seperti berhemat, orisinalitas, gaya hidup, ulasan dari pengguna internet dan informasi digital dapat menjadi factor pendorong Gen Z untuk membeli SHC. Sebagai penduduk Indonesia yang paling mendominasi, Gen Z memberikan dampak paling besar terhadap pembelian SHC di Indonesia. Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan untuk mengetahui factor-faktor yang mendorong perilaku konsumen Generasi Z di Indonesia untuk membeli SHC, sekaligus mengetahui bagaimana Gen Z di Indonesia memiliki perilaku pembelian yang berbeda dengan generasi hidup lainnya. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan pendekatan fenomenologis melalui wawancara mendalam secara online terhadap lima belas partisipan. Penelitian ini mengungkap tiga factor yang memengaruhi perilaku pembelian Gen Z di Indonesia untuk membeli SHC. Faktor-faktor tersebut antara lain pakaian berkualitas baik dengan harga terjangkau, persepsi SHC sebagai pakaian “satu-satunya”, serta rasa ingin tahu dan pengalaman yang menyenangkan. Pertama, Sebagian besar Gen Z di Indonesia masih dalam tahap dimana mereka tidak memiliki pendapatan, harga yang murah sangat penting dan lebih sesuai dengan situasi mereka. Kualitas barang SHC yang bagus dengan harga yang terjangkau memengaruhi pembelian mereka tetapi dalam hal ini harga murah menjadi prioritas karena walaupun kualitasnya bagus tetapi harganya mahal atau bahkan mendekati harga baju baru, mereka tidak mau membelinya. Kualitas pakaian yang bagus mempunyai arti yang berbeda untuk setiap partisipan, seperti bahan bagus, tidak ada cacat, atau bahkan merek yang bagus. Kedua, konsep SHC yang hanya menjual satu potong barang, menarik lebih banyak peserta untuk membelinya, pemikiran SHC dimana SHC menyediakan berbagai jenis gaya, barang unik, barang lucu, atau barang yang dianggap belum pernah dilihat sebelumnya oleh partisipan. Sehingga membuat para peserta merasa menjadi satu-satunya yang memiliki barang tersebut dan membuat mereka sangat senang bahkan menambah rasa bangga mereka. Ketiga, media sosial seperti TikTok dan Instagram serta orang- orang disekitar peserta terpengaruh dan membuat peserta penasaran dan berperan dalam mengkonstruksi Langkah pertama untuk mencoba berbelanja SHC atau membuat mereka mencari informasi lebih lanjut mengenai SHC. Penelitian ini didasarkan pada Gen Z di Indonesia secara keseluruhan, penelitian serupa dapat menentukan kota dan memperluas wilayah penelitian di dalam kota-kota tersebut dan penelitian selanjutnya dapat melakukan wawancara langusng atau observasi lapangan sehingga dapat meningkatkan informasi dalam konteks yang lebih detail mengenai situasi SHC saat ini di Indonesia.