Tesis desain ini mengangkat isu arsitektur tentang representasi identitas dari Tunjungan, sebagai kawasan komersial dan kawasan bersejarah. Sejauh ini, identitas tersebut direpresentasikan melalui beberapa artefak berbentuk monumen, patung, dan reruntuhan bangunan lama. Permasalahan desain utama adalah representasi yang bersifat visiosentris. Bahwa, tidak ada rujukan dari pengalaman berbasis pada fakta keseharian dan memori kolektif di ruang kota untuk proses mengakomodasi manusia baik local maupun umum sebagai subjek desain. Respon pemerintah berupa acara – acara tematik “tempoe doeloe” kerap diadakan dengan menutup sepanjang koridor jalan Tunjungan, sehingga memicu munculnya permasalahan fungsional seperti kemacetan, kurangnya lahan parkir, dan rekayasa lalu lintas yang memaksa.
Tesis ini menggunakan pendekatan teoritis “Deconstruction” oleh Jacques Derrida (1967). Dekonstruksi juga menjadi alat analisis pembacaan ulang sejarah Tunjungan, untuk mengurai (destrukturisasi) aspek formal dan identitas. Metodologi perancangan yang digunakan adalah untuk menurunkan strategi – strategi mendestrukturisasi Kawasan Tunjungan menjadi beberapa lapisan konseptual. Layer tersebut, antara lain; koridor jalan, kampung, gang, dan elemen lain.
Manuskrip Tunjungan adalah tema rancangan hasil dari arsitektur, merupakan rangkaian konfigurasi yang tersebar di area Tunjungan, secara umum dikelompokkan menjadi tiga, yaitu: 1) Gedung parkir sebagai representasi identitas komersial, 2) Program arsitektur yang bersifat emansipatif sesuai dengan kebutuhan masing – masing kampung, seperti kios toko, penanda jalan, dan instalasi ramah lingkungan, dan 3) Lapisan - lapisan lain, dari identitas Tunjungan. Ketiga lapisan ini menjadi superimposisi dari representasi – representasi, yang dalam tesis ini melahirkan konsep holistic, yaitu “Ndek” sebagai keterangan tempat dan waktu dan representasi warna merah sebagai pengikat keutuhan desain pada Kawasan. Keterhubungan antar layer akan memunculkan kegiatan sirkuler, sehingga Tunjungan tidak lagi hanya dilihat sebagai materialitas koridor jalan.