Risiko banjir merupakan potensi kerugian seperti jiwa terancam, kerusakan atau kehilangan harta
yang dapat muncul akibat adanya suatu ancaman banjir dengan frekuensi tertentu pada daerah
terdampak. DKI Jakarta merupakan salah satu provinsi yang sering mengalami banjir, karena
secara geografi 40% dari seluruh wilayahnya memiliki elevasi lebih rendah dari permukaan air
laut. Pada studi ini, upaya yang dapat dilakukan untuk menanggulangi kerugian akibat banjir
adalah dengan melakukan kajian risiko bencana. Indeks kerentanan dihitung berdasarkan nilai aset
dikalikan sensitivitas untuk intensitas spesifik bencana, sedangkan kapasitasnya dihitung
berdasarkan kemampuan daerah itu untuk bertahan atau pulih dari banjir. Indeks ancaman
diprediksi berdasarkan hasil pemodelan banjir 1D2D menggunakan software HECRAS terhadap
2 ruas sungai yaitu Krukut dan Ciliwung. Hasil perhitungan debit banjir rencana kala ulang 25
tahun dan 100 tahun DAS Krukut adalah 236 m3/s dan 305 m3/s, menghasilkan banjir dengan
luas genangan 97 Hektar dan 138 Hektar pada kondisi eksisting. Indeks ancaman juga dihitung
dari beberapa skenario model, Skenario A yaitu pengerukan dasar Sungai Krukut untuk
mengangkut hasil sedimentasi di alur sungai yang berasal dari DAS yang tingkat erosinya tinggi.
Skenario B yaitu pemanfaatan ruang terbuka sebagai wetland, hal ini dikarena lahan terbuka
diprediksi akan memperbesar kapasitas tampungan banjir. Skenario C atau skenario pemanfaatan
alur Sungai Ciliwung lama dipilih karena sebagian aliran yang masuk Kanal Banjir Barat akan
teralihkan ke alur Ciliwung lama sehingga mengurangi debit puncak banjir. Berdasarkan hasil
analisis diketahui skenario A paling berpengaruh yaitu mampu mereduksi luas genangan banjir
hingga 42%.