ABSTRAK Fathiyah Rahmi Hidayat
PUBLIC Yoninur Almira BAB 1 Fathiyah Rahmi Hidayat
PUBLIC Yoninur Almira BAB 2 Fathiyah Rahmi Hidayat
PUBLIC Yoninur Almira BAB 3 Fathiyah Rahmi Hidayat
PUBLIC Yoninur Almira BAB 4 Fathiyah Rahmi Hidayat
PUBLIC Yoninur Almira BAB 5 Fathiyah Rahmi Hidayat
PUBLIC Yoninur Almira BAB 6 Fathiyah Rahmi Hidayat
PUBLIC Yoninur Almira PUSTAKA Fathiyah Rahmi Hidayat
PUBLIC Yoninur Almira
LAMPIRAN Fathiyah Rahmi Hidayat
Terbatas Yoninur Almira
» ITB
Terbatas Yoninur Almira
» ITB
Fenomena ekspansi pemanfaatan ruang terus bergulir di seluruh dunia sebagai
akibat dari proses pembangunan yang terjadi di kota-kota besar. Melalui proses
pembangunan ini, kota sebagai entitas hidup terus tumbuh melewati batas
administrasi sehingga memunculkan kantong-kantong pusat aktivitas baru di luar
area terbangun kota. Pusat aktivitas baru ini dapat mengubah area tersebut yang
pada awalnya adalah kawasan perdesaan menjadi area yang tercampuri aktivitasaktivitas dan karakteristik perkotaan sehingga tercipta delineasi baru yaitu kawasan
periurban. Kawasan ini memiliki karakteristik khas yaitu percampuran karakteristik
perdesaan dan perkotaan atau disebut sebagai area abu-abu yang terletak di antara
kawasan perkotaan dan perdesaan. Hingga saat ini belum ada suatu kriteria khusus
yang dapat dijadikan pijakan dalam menentukan delineasi kawasan periurban.
Periurbanisasi di Indonesia bukan menjadi fenomena baru, proses transformasi ini
mulanya terjadi di sekitar Ibukota Jakarta. Konektivitas untuk mendukung kegiatan
perkotaan Jakarta ini memberikan dampak langsung terhadap Kota Bandung
sehingga membentuk aglomerasi perkotaan baru yakni Metropolitan Bandung Raya
(MBR). Bandung sebagai salah satu kawasan metropolitan di Indonesia terus
menunjukan perubahan struktur kota dan intensifnya fenomena periurbanisasi
hingga ke Kabupaten Bandung. Semakin berkembangnya Kabupaten Bandung
maka perlu dilakukan suatu studi yang dapat menggambarkan fenomena
periurbanisasi ini secara kontekstual. Untuk itu, studi ini dilakukan untuk dapat
melihat dinamika transformasi wilayah tersebut dalam kerangka periurbanisasi.
Penelitian ini diharapkan mampu memberikan penjelasan secara empiris dan
berkontribusi pada pembahasan global terkait proses periurbanisasi secara teoritis.
Untuk mengidentifikasi periurbanisasi di Kabupaten Bandung, maka dirumuskan
terlebih dahulu tipologi pada konfigurasi ruang, komponen, indikator, dan variabel
yang dapat diaplikasikan sesuai dengan landasan teori tekait periurban. Variabelvariabel tersebut kemudian diturunkan menjadi daftar kebutuhan data yang dapat
mewakili komponen dan indikator yang telah ditetapkan sebelumnya. Kemudian
dilakukan proses analisis pengelompokan menggunakan metode analisis klaster KMeans clustering dengan alat analisis SPSS. Keluaran dari analisis ini adalah
tipologi spasial keruangan yang di dalamnya terdapat kawasan periurban.ii
Tipologi yang dihasilkan kemudian menjadi input untuk dilakukan analisis lanjutan
guna melihat dinamika periurbanisasi yang terjadi di Kabupaten Bandung
berdasarkan komponen spasial, sosial, dan ekonomi.
Keluaran analisis pengelompokan yang dilakukan menghasilkan delineasi wilayah
periurban yang terbagi ke dalam urban fringe dan urban periphery. Terdapat
masing-masing sepuluh kecamatan yang termasuk ke dalam kawasan tersebut.
Kondisi masing-masing kawasan ini menjadi batasan analisis lanjutan yaitu melihat
transformasi spasial, sosial, dan ekonomi. Sehingga dihasilkan bahwa sepanjang
tahun pengamatan 2000 hingga 2020, Kabupaten Bandung mengalami transformasi
wilayah yang di dalamnya terdapat kawasan-kawasan yang teridentifikasi sebagai
kawasan periurban.