Dampak akibat Pandemi Covid 19 dirasakan oleh seluruh sektor dan institusi
ekonomi, termasuk Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM). Banyak UMKM
yang terdampak masalah bahkan menutup usahanya. Tahun 2020 perekonomian di
Indonesia sedang mengalami kontraksi negatif, UMKM harus dapat bertahan, terus
berkembang dan meningkatkan daya saing serta kinerja organisasinya untuk dapat
mendongkrak perekonomian di Indonesia. Kinerja organisasi merupakan hal yang
penting untuk diperhatikan UMKM sebagai kunci keberhasilan usahanya.
Melakukan evaluasi kinerja secara terus menerus dan menilai indikator kinerja yang
merepresentasikan kondisi perusahaan merupakan hal penting yang harus
dilakukan oleh UMKM untuk mencapai suatu kesuksesan. Menggunakan alat ukur
kinerja yang kurang tepat menyebabkan UMKM mengalami kesulitan untuk
melakukan evaluasi kondisi usahanya. UMKM dibantu oleh Pemerintah dalam
mengatasi berbagai permasalahan. Saat ini Pemerintah masih belum memiliki alat
ukur yang dapat merepresentasikan kondisi UMKM. Pada penelitian-penelitian
sebelumnya banyak peneliti yang membahas hubungan faktor-faktor kompetitif
dengan kinerja UMKM, namun masih sedikit penelitian yang mengembangkan alat
ukur untuk menilai kinerja UMKM secara komperhensif dari seluruh aspek proses
bisnis. Oleh karena itu, diperlukan pengembangan model penilaian kinerja UMKM
untuk dapat menangkap permasalahan yang ada pada UMKM.
Penelitian ini melakukan eksplorasi pada model-model alat ukur yang menunjang
kinerja UMKM untuk mengembangkan dimensi-dimensi dan item evaluasi yang
dapat menilai kemampuan UMKM untuk meningkatkan kinerja organisasinya.
Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan model penilaian kinerja UMKM
yang komperhensif dalam aspek finansial maupun non finansial yang memiliki
dampak positif terhadap kinerja UMKM. Model ini dapat digunakan oleh
pemerintah dan UMKM sebagai alat evaluasi untuk mengambil keputusan terhadap
permasalahan yang dihadapi UMKM agar UMKM dapat bertahan, berkembang dan
meningkatkan daya saingnya. Terdapat 6 dimensi dan 62 item evaluasi yang
dikembangkan untuk model penilaian kinerja UMKM, yaitu kemampuan
manajemen, kemampuan inovasi, kemampuan penjualan dan pemasaran,
kemampuan SDM, kemampuan organisasi dan kemampuan finansial. Tahapan
selanjutnya dilakukan pengolahan data kuantitatif yang bertujuan untuk
mengidentifikasi dampak dari dimensi-dimensi pada model penilaian kinerja
UMKM terhadap kinerja UMKM dan mengidentifikasi indikator serta faktor yang
sesuai untuk menilai kinerja UMKM.
Pengumpulan data kuesioner dilakukan pada 97 UMKM industri unggulan Kota
Bandung. Pengolahan data kuantitatif dilakukan menggunakan metode Partial
Least Squares Structural Equation Modeling (PLS SEM). Berdasarkan hasil
evaluasi model struktural didapatkan hasil dapat dibuktikan bahwa terdapat dampak
positif antara kemampuan manajemen, kemampuan inovasi, kemampuan organisasi
dan kemampuan finansial terhadap kinerja UMKM. Kemampuan inovasi
memberikan dampak yang paling positif terhadap kinerja UMKM. Meningkatkan
kemampuan inovasi terhadap produk yang dihasilkan maupun meningkatkan
layanan dengan teknologi terbaru oleh UMKM merupakan hal yang harus
diperhatikan agar UMKM dapat meningkatkan kinerja organisasinya dan terus
berkembang, bertumbuh serta meningkatkan daya saing.
Model penilaian kinerja UMKM yang dapat direkomendasikan memiliki 4 dimensi
penilaian dan 15 item evaluasi. Kemampuan manajemen dinilai melalui
kemampuan dalam mengelola rencana target pengelolaan perusahaan, memahami
kondisi pesaing dan memantau tren pertumbuhan tingkat penjualan dan pendapatan.
Kemampuan inovasi dinilai melalui kemampuan dalam memiliki produk yang
unggul dan memiliki HKI dan memanfaatkan teknologi keuangan serta media
elektronik dalam menjalankan proses bisnisnya. Kemampuan Organisasi dinilai
berdasarkan kemampuan UMKM dalam memiliki struktur organisasi, izin usaha
dan melakukan pertukaran pengetahuan. Kemampuan finansial dinilai melalui
kemampuan UMKM dalam memiliki hasil evaluasi resiko kredit yang baik, dapat
mempertahankan tingkat perputaran uang yang sehat, memiliki dokumen
pembukuan keuangan, korespondensi dengan bank dan jumlah hutang yang
dimiliki perusahaan tidak melebihi kebutuhan. Adapun indikator kinerja yang
merepresentasikan kondisi UMKM adalah pemasukan bersih, laba penjualan,
kepuasan pelanggan dan output inovasi yang dihasilkan.