digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Dampak akibat Pandemi Covid 19 dirasakan oleh seluruh sektor dan institusi ekonomi, termasuk Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM). Banyak UMKM yang terdampak masalah bahkan menutup usahanya. Tahun 2020 perekonomian di Indonesia sedang mengalami kontraksi negatif, UMKM harus dapat bertahan, terus berkembang dan meningkatkan daya saing serta kinerja organisasinya untuk dapat mendongkrak perekonomian di Indonesia. Kinerja organisasi merupakan hal yang penting untuk diperhatikan UMKM sebagai kunci keberhasilan usahanya. Melakukan evaluasi kinerja secara terus menerus dan menilai indikator kinerja yang merepresentasikan kondisi perusahaan merupakan hal penting yang harus dilakukan oleh UMKM untuk mencapai suatu kesuksesan. Menggunakan alat ukur kinerja yang kurang tepat menyebabkan UMKM mengalami kesulitan untuk melakukan evaluasi kondisi usahanya. UMKM dibantu oleh Pemerintah dalam mengatasi berbagai permasalahan. Saat ini Pemerintah masih belum memiliki alat ukur yang dapat merepresentasikan kondisi UMKM. Pada penelitian-penelitian sebelumnya banyak peneliti yang membahas hubungan faktor-faktor kompetitif dengan kinerja UMKM, namun masih sedikit penelitian yang mengembangkan alat ukur untuk menilai kinerja UMKM secara komperhensif dari seluruh aspek proses bisnis. Oleh karena itu, diperlukan pengembangan model penilaian kinerja UMKM untuk dapat menangkap permasalahan yang ada pada UMKM. Penelitian ini melakukan eksplorasi pada model-model alat ukur yang menunjang kinerja UMKM untuk mengembangkan dimensi-dimensi dan item evaluasi yang dapat menilai kemampuan UMKM untuk meningkatkan kinerja organisasinya. Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan model penilaian kinerja UMKM yang komperhensif dalam aspek finansial maupun non finansial yang memiliki dampak positif terhadap kinerja UMKM. Model ini dapat digunakan oleh pemerintah dan UMKM sebagai alat evaluasi untuk mengambil keputusan terhadap permasalahan yang dihadapi UMKM agar UMKM dapat bertahan, berkembang dan meningkatkan daya saingnya. Terdapat 6 dimensi dan 62 item evaluasi yang dikembangkan untuk model penilaian kinerja UMKM, yaitu kemampuan manajemen, kemampuan inovasi, kemampuan penjualan dan pemasaran, kemampuan SDM, kemampuan organisasi dan kemampuan finansial. Tahapan selanjutnya dilakukan pengolahan data kuantitatif yang bertujuan untuk mengidentifikasi dampak dari dimensi-dimensi pada model penilaian kinerja UMKM terhadap kinerja UMKM dan mengidentifikasi indikator serta faktor yang sesuai untuk menilai kinerja UMKM. Pengumpulan data kuesioner dilakukan pada 97 UMKM industri unggulan Kota Bandung. Pengolahan data kuantitatif dilakukan menggunakan metode Partial Least Squares Structural Equation Modeling (PLS SEM). Berdasarkan hasil evaluasi model struktural didapatkan hasil dapat dibuktikan bahwa terdapat dampak positif antara kemampuan manajemen, kemampuan inovasi, kemampuan organisasi dan kemampuan finansial terhadap kinerja UMKM. Kemampuan inovasi memberikan dampak yang paling positif terhadap kinerja UMKM. Meningkatkan kemampuan inovasi terhadap produk yang dihasilkan maupun meningkatkan layanan dengan teknologi terbaru oleh UMKM merupakan hal yang harus diperhatikan agar UMKM dapat meningkatkan kinerja organisasinya dan terus berkembang, bertumbuh serta meningkatkan daya saing. Model penilaian kinerja UMKM yang dapat direkomendasikan memiliki 4 dimensi penilaian dan 15 item evaluasi. Kemampuan manajemen dinilai melalui kemampuan dalam mengelola rencana target pengelolaan perusahaan, memahami kondisi pesaing dan memantau tren pertumbuhan tingkat penjualan dan pendapatan. Kemampuan inovasi dinilai melalui kemampuan dalam memiliki produk yang unggul dan memiliki HKI dan memanfaatkan teknologi keuangan serta media elektronik dalam menjalankan proses bisnisnya. Kemampuan Organisasi dinilai berdasarkan kemampuan UMKM dalam memiliki struktur organisasi, izin usaha dan melakukan pertukaran pengetahuan. Kemampuan finansial dinilai melalui kemampuan UMKM dalam memiliki hasil evaluasi resiko kredit yang baik, dapat mempertahankan tingkat perputaran uang yang sehat, memiliki dokumen pembukuan keuangan, korespondensi dengan bank dan jumlah hutang yang dimiliki perusahaan tidak melebihi kebutuhan. Adapun indikator kinerja yang merepresentasikan kondisi UMKM adalah pemasukan bersih, laba penjualan, kepuasan pelanggan dan output inovasi yang dihasilkan.