digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

ABSTRAK Alif Miftah Adzkiyaa Zahaa
Terbatas Perpustakaan Prodi Arsitektur
» ITB

Dalam mempersiapkan Indonesia untuk menerapkan Industri 4.0, Kementerian Perindustrian telah menyusun inisiatif “Making Indonesia 4.0”, dengan salah satu sektor prioritas yaitu industri tekstil dan pakaian/garmen. Namun, terdapat beberapa permasalahan yang menghambat perkembangan di sektor ini, yaitu harga listrik dan gas yang tinggi, upah minimum yang naik setiap tahunnya, tenaga kerja dengan kompetensi rendah, dan penggunaan mesin-mesin produksi yang sudah kuno, tidak terawat, serta kurang efisien. Hal ini mengakibatkan harga jual yang mahal dan membuat konsumen dunia beralih kepada negara produsen dengan harga yang lebih murah, seperti Bangladesh, Vietnam, dan Kamboja. Permasalahan lain dari industri ini adalah memiliki karakteristik sulit untuk diprediksi karena tren pakaian yang berubah setiap saat. Untungnya, penggunaan teknologi Industri 4.0 dapat membantu mengatasi permasalahan tersebut. Namun, implementasi teknologi ini tidaklah mudah, terlebih bagi UMKM. Beberapa kendala yang terjadi seperti keterbatasan sumber finansial, sumber pengetahuan, serta kesadaran akan teknologi. Prinsip “Rumah Produksi Bersama” membantu menjawab masalah tersebut dengan menyediakan fasilitas produksi yang dipakai secara bersama-sama antar UMKM sehingga biaya sewa mesin menjadi lebih terjangkau dan membantu mendorong produk yang inovatif dengan lebih efisien. Dalam menjawab permasalahan yang telah disebutkan, muncul ide proyek dengan prinsip tersebut. Visi proyek ini memajukan industri garmen di Kota Bandung dengan menerapkan teknologi Industri 4.0, dan misi untuk memberikan kesempatan bagi pelaku UMKM dan pekerja sektor garmen untuk menjalankan usahanya dengan lebih efisien. Proyek ini bertipologi bangunan industri, kantor, dan retail, yang terdiri dari fasilitas kolaborasi, produksi, dan komersial. Di Indonesia sendiri terdapat salah satu lokasi yang terkenal akan produk pakaiannya, yaitu Cigondewah, Kota Bandung, yang dijadikan lokasi proyek. Melalui analisis isu proyek, diperoleh rumusan persoalan perancangan yaitu desain bangunan yang fleksibel dan hemat energi. Persoalan tersebut diselesaikan melalui pendekatan bangunan fleksibel, adaptif, dan saling terkoneksi; serta bangunan hemat energi. Pendekatan tersebut kemudian digabungkan untuk merumuskan kriteria desain yang dirasa paling tepat untuk menjawab persoalan perancangan, diikuti dengan perumusan ide-ide alternatif konsep desain.