Batu bara adalah salah satu komoditas yang ditambang dan banyak digunakan di
Indoensia dan dunia. Batu bara thermal dibutuhkan pada pembangkit energi
sedangkan batu bara metallurgi digunakan di industry pembuatan baja. Pada
pertengahan 2021, harga batu bara meningkat tajam ke rekor tertinggi. Hal ini
mempengaruhi harga saham dari beberapa perusahaan tambang batu bara. Setelah
mengalami penurunan di tahun 2020 karena pandemic Covid-19, batu bara kembali
banyak dibutuhkan di 2021 sejalan dengan bertambahnya kegiatan industri dan
pemulihan ekonomi dari krisis selama pandemi. Menurut RUPTL PLN 2021-2030,
porsi batu bara dalam bauran energi akan tetap berada pada 60% hingga 2030
dengan rencana penambahan kapasitas sebanyak 14GW selama periode tersebut.
Setidaknya terdapat 2 faktor mengapa batu bara tetap berada pada posisi penting
dalam bauran energi. Pertama, biaya pembangkit listrik dari batu bara murah dan
kedua, Indonesia memiliki banyak cadangan dan suplai batu bara. Di Indonesia,
salah satu perusahaan tambang batu bara dengan cadangan paling banyak dan
market kapitalisasi yang besar adalah Adaro Energy.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis harga wajar dari Adaro Energy
untuk membantu investor mendapat rekomendasi setelah keadaan perekonomian
dunia mengalami pemulihan setelah 2 tahun berada dalam krisis pandemic. Laporan
keuangan Adaro akan diprojeksi untuk 5 tahun ke depan lalu menggunakan valuasi
arus kas diskonto untuk mendapatkan harga wajarnya yaitu RP3.263,56 dengan
kenaikan sebanyak 45% dari harga market saat penutupan pasar pada 31 Desember
2021; menggunakan arus kas diskonto yang mengikutsertakan proyek aluminium
smelter di 2024, harga wajarnya Rp3.842 (kenaikan 70,6% dari harga pasar);
menggunakan model diskonto dividen, harga wajarnya adalah Rp3.494,05 (naik
55,3% dari harga pasar); menggunakan rasio harga per nilai buku, harga wajarnya
adalah Rp3.513 (naik 56% dari harga pasar); menggunakan rasio EV/EBITD, harga
wajarnya adalah Rp2.605 (naik 16% dari harga pasar).