Penelitian ini berangkat dari permasalahan pertentangan pendapat ahli antara yang menempatkan rasionalitas sebagai faktor penguat kreativitas dan sebaliknya sebagai faktor penghambat kreativitas. Permasalahan tersebut memicu keinginan peneliti memperoleh pengetahuan tentang bagaimana para arsitek yang melahirkan karya kreatif luar biasa membangun rasionalitas mendesain, yang diharapkan menjadi pembuka jalan eksplorasi lebih dalam fenomena rasionalitas dalam kreasi desain arsitektur. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif studi kasus eksploratif menggunakan proses mental mendesain sejumlah arsitek sebagai kasus-kasus studi, yang bertujuan mendiskripsikan fenomena rasionalitas arsitek dalam proses desain arsitekur. Desain konseptual merupakan tahap awal proses desain yang berdampak besar pada hasil, sehingga peneliti berfokus mengeksplorasi pada tahapan tersebut. Data utama penelitian adalah transkrip hasil wawancara retrospektif proses mendesain arsitek, dianalisis menggunakan teknik analisis isi kualitatif (qualitative content analysis). Penelitian proses kognitif mendesain arsitektur telah banyak dilakukan namun hanya berfokus pada pemikiran untuk tindakan desain sebagai solusi problem arsitektural, belum menjangkau substansi pemikiran fundamental yang mendasari tindakan desain. Penelitian ini dimaksudkan untuk mengisi celah tersebut.
Proses mental mendesain arsitek selalu melibatkan rasionalitas (olah rasio) dan sensitivitas (olah rasa) dalam proporsi perpaduan beragam. Proporsi perpaduannya lebih dominan ditentukan oleh kecenderungan dari arsitek masing-masing, sebagai pemikir yang dominan berolah rasio atau sebagai perasa yang dominan berolah rasa. Namun demikian permasalahan kontekstual desain yang dihadapi juga dapat memberikan pengaruh. Dalam proses mental desain konseptual, arsitek pasti membangun rasionalitas baik untuk membentuk keyakinan diri dan orang lain, maupun untuk pengambilan keputusan. Penelitian ini menemukenali beberapa dimensi rasionalitas arsitek dalam pembentukan keyakinan mendesain seperti keyakinan penerimaan secara normatif, keyakinan berekspresi pemikiran dan keyakinan pencapaian tujuan, serta dalam pengambilan keputusan mendesain seperti keputusan dengan alasan logis, keputusan pencapaian target sesuai sumberdaya dan keputusan dengan referensi suatu pemikiran.
Dalam membangun rasionalitas mendesain, pikiran arsitek bekerja dengan melibatkan aspek-aspek internal yang menjadi potensi kreatifnya, baik yang bersifat kognitif (seperti potensi berpikir komplek, berpikir alternatif, pengetahuan yang kuat) maupun yang bersifat psikologis (seperti potensi psikologis terkait dengan relasi interpersonal, motivasi, serta edukasi). Rasionalitas arsitek dalam mendesain juga terkait dengan disposisi motivasi tertentu, yang merupakan penggabungan antara predisposisi dalam membangun rasionalitas keyakinan mendesain dan pengambilan keputusan mendesain.
Kreativitas arsitek dalam mendesain didukung dua pilar utama yaitu motivasi dan potensi diri yang terbentuk dari aspek-aspek internalnya. Rasionalitas mendesain yang dibangun arsitek berkontribusi dalam menstimulasi kinerja dua pilar utama tersebut. Proses konstruksi rasionalitas dalam mendesain akan memanfaatkan potensi internal dan motivasi arsitek untuk ditransformasikan menjadi energi pendorong kreativitas mendesain. Semakin kompleks rasionalitas yang dibangun, semakin banyak potensi diri yang termanfaatkan menjadi energi kreatif. Demikian pula semakin kompleks konstruksi rasionalitas akan memperjelas predisposisi dan disposisi motivasi desain arsitektur yang dituju.
Berbeda dengan hasil penelitian-penelitian sebelumnya yang menempatkan motivasi sebagai aspek terpenting kreativitas, dalam proses kreatif mendesain arsitek pada penelitian ini aspek rasionalitas dan kondisi internal berperan lebih penting dibanding motivasi. Disposisi motivasi sebagai penentu hasil capaian motivasi dibentuk oleh hasil olah rasio, dan motivasi banyak dipengaruhi oleh kondisi internal. Untuk memperkuat rasionalitasnya dalam berkreasi, arsitek membutuhkan kesiapan kognitif tertentu seperti kesiapan untuk berpikir kompleks, berpikir alternatif, dan memanfaatkan pengetahuan dalam memori. Selain itu kesiapan psikologis seperti keterbukaan untuk membangun relasi, keberanian berinisiatif dan kepekaan menangkap pembelajaran dari lingkungan juga berkonribusi pada penguatan rasionalitas arsitek dalam berkreasi.
Proses rasional dalam krativitas mendesain merupakan bagian proses yang dapat ditelusuri sehingga lebih mudah untuk dipelajari. Diskripsi dan model konseptual rasionalitas arsitek dalam proses desain konseptual yang dihasilkan penelitian ini dapat menjadi pembuka jalan terobosan untuk percepatan pembelajaran kreativitas desain arsitektur khususnya di bangku pendidikan. Namun hasil eksplorasi studi kasus ini keberlakukaannya masih terbatas pada kasus-kasus studi sehingga diperlukan penelitian lanjutan untuk memperbaiki dan memperluas jangkauan keberlakuannya.