Indonesia merupakan negara tropis yang di dalamnya tumbuh berbagai macam tanaman yang tentu
banyak manfaatnya bagi kehidupan manusia. Bahkan tanaman liar atau gulmanya pun dapat
dimanfaatkan misalnya untuk pengobatan tradisional. Salah satu tanaman tersebut ialah bandotan atau
babandotan. Tanaman bandotan memiliki khasiat untuk penyembuhan luka, karena mengandung
senyawa antibakteri, antiinflamasi, dan antioksidan. Bagian tanaman bandotan yang sering
dimanfaatkan ialah akar dan daunnya. Tanaman herbal memiliki antibiotik alami yang tentu lebih aman
untuk aplikasi biomedis. Perkembangan penelitian senyawa aktif tanaman herbal juga mengiringi
perkembangan penelitian lain seperti penutup luka. Penggunaan penutup luka sangat penting dalam
terapi luka lembab, dimana penutup luka ini dapat menyediakan lingkungan yang optimal untuk
penyembuhan dan melindungi luka dari infeksi bakteri. Bentuk penutup luka yang menarik banyak
perhatian ialah nanoserat karena memiliki banyak sifat unggul. Nanoserat memiliki kesamaan morfologi
dengan matriks ekstraseluler (ECM), porositas yang lebih besar, rasio luas permukaan yang tinggi,
fleksibel, permeabilitas terhadap oksigen, dan dapat menjadi media penghantaran obat. Teknik fabrikasi
nanoserat yang paling unggul dan banyak digunakan ialah pemintal elektrik. Pemintal elektrik dapat
memproduksi nanoserat kontinu dengan diameter serat yang sangat kecil dan porositas yang dapat
disesuaikan. Dengan kemudahan dalam mengkombinasikan bahan kimia dalam larutan polimer, maka
pemintal elektrik dapat menjadi metode untuk menghasilkan nanoserat komposit dari polimer dan
ekstrak tanaman herbal.
Dalam penelitian ini kami akan membuat nanoserat komposit dari polimer polivinilpirolidon (PVP) dan
selulosa asetat (SA) yang mengandung ektraks daun bandotan (EDB) sebagai agen antibakteri untuk
aplikasi penutup luka yang difabrikasi dengan teknik pemintal elektrik. Selain itu, pengaruh konsentrasi
EDB pada nanoserat komposit PVP/SA/EDB juga akan diinvestigasi. Aktivitas antibakteri larutan EDB
20% (b/b) mempunyai zona hambat terhadap bakteri S. areus ialah 9,3 mm dan untuk bakteri P. aeruginosa ialah 7,4 cm. Nilai KHMnya ialah1,25% dan 5% (b/b) dan nilai KBM 2,5% dan 10% (b/b).
Kemudian, EDB tersebut dicampur dengan polimer PVP/SA dan dilakukan pemintalan elektrik. Dari
optimasi parameter proses diperoleh tegangan optimal 15 kV dan laju alir optimal 1 ml/jam. Parameter
optimal yang diambil adalah berdasarkan bentuk Taylor cone yang stabil dan larutan tidak banyak
tumpah, sehingga serat yang dihasilkan memiliki sifat yang unggul. Parameter pemintalan elektrik
nanoserat PVP/SA/EDB yang digunakan ialah laju alir 1 ml/jam, tegangan 15 kV, jarak koleksi 16 cm,
dan kelembapan relatif 50%. Penambahan EDB pada nanoserat PVP/SA/EDB menghasilkan serat murni
dan tidak ada beads, namun terbentuk serat-serat tipis. Hal ini disebabkan ketidakstabilan jet saat
konsentrasi EDB semakin tinggi. Diameter serat menurun seiring bertambahnya konsentrasi EDB yaitu
dari 346,33 ± 74,39 nm untuk serat PVP/SA menjadi 144,82 ± 83,12 nm untuk EDB5. Nilai k_v-nya juga
beragam dari 0,21 sampai 0,57 yang merepresentasikan terbentuk serat yang seragam sampai tidak
seragam. Hal ini berkaitan dengan sifat larutan PVP/SA/EDB, dimana viskositas dan tegangan
permukaan menurun seiring bertambahnya konsentrasi EDB, sedangkan konduktivitas meningkat
seiring bertambahnya EDB. Analisis FTIR menunjukkan bahwa serat PVP/SA/EDB memiliki kemiripan
dengan spektrum EDB murni sehingga EDB berhasil terencapsulasi. Terdapat gugus fungsi fenolik,
flavonoid, saponin yang menyebabkan adanya aktivitas antibakteri. Peningkatan konsentrasi EDB akan
meningkatkan aktivitas antibakteri nanoserat. Nanoserat yang dihasilkan juga memiliki pH sekitar 4
yang mampu menghambat pertumbuhan bakteri, derajat pengembangan yang tinggi hingga mencapai
785,656 % yang menunjukkan kemampuan serat untuk menyerap eksudat cairan luka sehingga dapat
mempercepat proses penyembuhan luka. Nanoserat komposit PVP/SA/EDB memiliki performa yang
baik untuk diaplikasikan sebagai penutup luka.