digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

ABSTRAK Muhammad Gibran Fadilla
PUBLIC Irwan Sofiyan

COVER - Muhammad Gibran Fadilla.pdf
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB II - Muhammad Gibran Fadilla.pdf
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB III - Muhammad Gibran Fadilla.pdf
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB IV - Muhammad Gibran Fadilla.pdf
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan

PUSTAKA Muhammad Gibran Fadilla
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan

LAMPIRAN - Muhammad Gibran Fadilla.pdf
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan

Land subsidence sangat marak terjadi di area yang tersusun atas tanah lunak. Pulau Papua yang sebagian besar wilayah pesisirnya merupakan area tanah lunak, menjadikannya wilayah yang sangat berpotensi terjadi land subsidence. Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian mengenai pemodelan peta potensi land subsidence yang terjadi di wilayah pesisir Pulau Papua. Pemodelan peta potensi land subsidence di wilayah pesisir Pulau Papua dapat dilakukan dengan menggunakan data area tanah lunak, data area konversi lahan gambut, data area pemanfaatan lahan gambut, data area kerja migas, dan data area lingkungan terbangun. Pemodelan yang dihasilkan akan dikomparasi nilai potensi land subsidence nya dengan nilai laju penurunan dari data CORS BIG dan setelah itu akan divalidasi berdasarkan banjir rob yang terjadi di Pulau Papua. Dari hasil pemodelan, didapatkan nilai potensi land subsidence yang terjadi pada Pulau Papua, Kabupaten Biak Numfor dan Kabupaten Yahukimo memiliki potensi land subsidence terkecil. Sedangkan Kota Sorong, Kabupaten Teluk Bintuni, Kabupaten Sorong, Kabupaten Raja Ampat, Kabupaten Merauke, serta Kabupaten Boven Digoel memiliki potensi land subsidence terbesar. Nilai potensi land subsidence setelah dikomparasi dengan nilai laju penurunan dari data CORS BIG, diperoleh perbedaan nilai sebesar 2,844-3,844 cm/tahun. Perbedaan ini disebabkan oleh CORS yang memang sudah didesain untuk tempat stabil. Dari validasi, didapatkan bahwa pada Kabupaten Merauke, dan Kabupaten Mimika terdapat kesesuaian antara banjir rob yang terjadi dengan potensi land subsidence yang telah dihasilkan. Sedangkan pada Kabupaten Asmat, Kabupaten Fakfak, Kota Jayapura, dan Kota Sorong tidak terdapat kesesuaian antara banjir rob yang terjadi dengan potensi land subsidence yang telah dihasilkan.