Terowongan adalah tembusan yang memotong bawah permukaan dan umumnya
memiliki bukaan di ujung-ujungnya saja. Ancaman ketidakstabilan terowongan
tidak berhenti setelah proses pembangunannya selesai, melainkan terus datang
melalui gangguan-gangguan seperti ground motion. Terowongan “XX†adalah
sebuah terowongan di Cimahi, Jawa Barat, yang berjarak sekitar 9 kilometer dari
Sesar Lembang dan akan difungsikan sebagai media transportasi lintas provinsi.
Observasi lapangan menunjukkan adanya pensesaran antara batuan basalt dengan
tufa pada batuan tempat ekskavasi Terowongan “XX†yang berbentuk tapal kuda
dengan jari-jari busur 4 meter. Kasus ini perlu dipertimbangkan sebagai potensi
ancaman bagi kestabilan terowongan, oleh karena itu dilakukan penelitian dengan
data mikrotremor untuk studi site effects dengan metode HVSR dan kajian MohrCoulomb failure criterion di area Terowongan “XXâ€. Pengolahan data mikrotremor
menghasilkan nilai frekuensi dominan, amplifikasi, indeks kerentanan seismik, dan
ketebalan sedimen. Nilai-nilai tersebut dipetakan setelah melalui proses interpolasi
untuk memprediksi data pada titik yang tak tersampel. Tren yang dijumpai di atas
jalur terowongan adalah adanya anomali nilai frekuensi dominan, indeks
kerentanan seismik, serta ketebalan sedimen yang memotong Terowongan “XX†di
pertemuan antara satuan basalt dan tufa dengan orientasi NE-SW. Analisis rotasi
H/V lebih lanjut mengindikasikan adanya kemenerusan struktur geologi yang
belum teridentifikasi di area anomali tersebut. Pemodelan Finite Element Analysis
dilakukan untuk menguji kerentanan terowongan terhadap overburden stress dan
sesar yang interpretasinya kemudian ditinjau dengan diagram Mohr. Hasil analisis
diagram Mohr menunjukkan bahwa Terowongan “XX†mulai memiliki titik rentan
dalam kondisi overburden 50 meter di bawah permukaan, sedangkan keberadaan
sesar di atas muka terowongan tidak memengaruhi stabilitas terowongan.