digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Terowongan adalah tembusan yang memotong bawah permukaan dan umumnya memiliki bukaan di ujung-ujungnya saja. Ancaman ketidakstabilan terowongan tidak berhenti setelah proses pembangunannya selesai, melainkan terus datang melalui gangguan-gangguan seperti ground motion. Terowongan “XX†adalah sebuah terowongan di Cimahi, Jawa Barat, yang berjarak sekitar 9 kilometer dari Sesar Lembang dan akan difungsikan sebagai media transportasi lintas provinsi. Observasi lapangan menunjukkan adanya pensesaran antara batuan basalt dengan tufa pada batuan tempat ekskavasi Terowongan “XX†yang berbentuk tapal kuda dengan jari-jari busur 4 meter. Kasus ini perlu dipertimbangkan sebagai potensi ancaman bagi kestabilan terowongan, oleh karena itu dilakukan penelitian dengan data mikrotremor untuk studi site effects dengan metode HVSR dan kajian MohrCoulomb failure criterion di area Terowongan “XXâ€. Pengolahan data mikrotremor menghasilkan nilai frekuensi dominan, amplifikasi, indeks kerentanan seismik, dan ketebalan sedimen. Nilai-nilai tersebut dipetakan setelah melalui proses interpolasi untuk memprediksi data pada titik yang tak tersampel. Tren yang dijumpai di atas jalur terowongan adalah adanya anomali nilai frekuensi dominan, indeks kerentanan seismik, serta ketebalan sedimen yang memotong Terowongan “XX†di pertemuan antara satuan basalt dan tufa dengan orientasi NE-SW. Analisis rotasi H/V lebih lanjut mengindikasikan adanya kemenerusan struktur geologi yang belum teridentifikasi di area anomali tersebut. Pemodelan Finite Element Analysis dilakukan untuk menguji kerentanan terowongan terhadap overburden stress dan sesar yang interpretasinya kemudian ditinjau dengan diagram Mohr. Hasil analisis diagram Mohr menunjukkan bahwa Terowongan “XX†mulai memiliki titik rentan dalam kondisi overburden 50 meter di bawah permukaan, sedangkan keberadaan sesar di atas muka terowongan tidak memengaruhi stabilitas terowongan.