digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Indonesia terletak pada wilayah zona tektonik aktif yang berasosiasi dengan pertemuan batas lempeng serta sesar aktif sehingga memiliki tingkat aktivitas seismik yang tinggi. Hal tersebut menyebabkan tingginya potensi bencana gempa bumi di Indonesia. Penelitian untuk mempelajari gempa bumi di Indonesia sudah sering dilakukan. Namun, salah satu gempa yang merusak yaitu gempa Situbondo tahun 2018 dengan kekuatan M6.2 belum dipelajari dengan baik. Penelitian ini akan menginvestigasi pola deformasi yang terjadi setelah gempa bumi Situbondo tahun 2018. Data yang digunakan pada penelitian ini berasal dari tujuh stasiun pengukuran Global Positioning Sistem (GPS) yang dipasang dan direkam oleh Badan Informasi Geospasial (BIG). Pengolahan data yang dilakukan meliputi tahap persiapan data yang dilanjut dengan pengolahan utama untuk mencapai tujuan pada penelitian ini. Hasil dari pengolahan utama adalah vektor kecepatan (velocity vector) yang diperoleh dari pemodelan secara linear dan model viskoelastik. Kedua hasil tersebut digunakan untuk menentukan pola deformasi wilayah Situbondo dan sekitarnya. Hasil menunjukkan bahwa pola deformasi wilayah Situbondo dan sekitarnya didominasi oleh pengaruh afterslip dan megathrust coupling dari zona subduksi di selatan Pulau Jawa