digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

ABSTRAK Sarah Heriyanti Putri
PUBLIC Sandy Nugraha

Sebagian besar penghuni rumah susun masih membawa gaya hidup landed house, seperti menimbun barang. Kasus ini dapat merugikan masyarakat ketika evakuasi bencana. Proses evakuasi tentunya tidak selalu berjalan mulus. Sehingga hambatan dan penumpukan akan memperpanjang waktu evakuasi dan menimbulkan risiko kematian. Oleh karena itu, perlu dilakukan kajian risiko evakuasi gempa pada hunian vertikal dengan memperhatikan aspek perilaku penghuninya. Studi kasus berada di tiga blok bangunan Rusunawa Rancacili Kota Bandung. Analisis risiko bencana gempa bumi yang dilakukan pendekatan perhitungan berbasis pembobotan, dan dilakukan pendekatan simulasi evakuasi bencana berbasis kinerja. Variabel risiko bencana gempa bumi meliputi indeks ancaman, kerentanan, dan kapasitas. Indeks ancaman didefinisikan melalui pembobotan nilai percepatan tanah (PGA Value) di sekitar lokasi studi kasus. Indeks kerentanan dilakukan dengan mengakumulasi persamaan kerentanan sosial, ekonomi, dan fisik. Selain itu, indeks kapasitas diperoleh dari upaya pemerintah dalam penanggulangan bencana terhadap lokasi studi kasus dan kontribusi masyarakat melalui kuesioner dengan pertanyaan tertutup. Terdapat dua skenario untuk melakukan proses simulasi evakuasi, yaitu skenario kondisi hambatan dan bebas hambatan. Simulasi evakuasi dilakukan dengan Agent-Based Modeling (ABM) menggunakan perangkat lunak Pathfinder. Kemudian dilakukan interpretasi untuk mengidentifikasi faktor-faktor penyebab tingkat risiko bencana melalui hasil simulasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat risiko bencana di Rusunawa Rancacili tergolong sedang. Berdasarkan hasil pembobotan, kerentanan sosial yang tinggi dan kapasitas yang rendah merupakan faktor penyebab risiko evakuasi gempa. Sedangkan berdasarkan hasil analisis kinerja, hambatan ruang dalam, dan ruang luar, serta karakteristik penghuni merupakan faktor risiko evakuasi gempa