COVER Tania Septi Anggraini
PUBLIC Alice Diniarti COVER Tania Septi Anggraini
PUBLIC Alice Diniarti BAB 1 Tania Septi Anggraini
PUBLIC Alice Diniarti BAB 2 Tania Septi Anggraini
PUBLIC Alice Diniarti BAB 3 Tania Septi Anggraini
PUBLIC Alice Diniarti BAB 4 Tania Septi Anggraini
PUBLIC Alice Diniarti BAB 5 Tania Septi Anggraini
PUBLIC Alice Diniarti BAB 6 Tania Septi Anggraini
PUBLIC Alice Diniarti PUSTAKA Tania Septi Anggraini
PUBLIC Alice Diniarti
Polusi udara memiliki dampak besar bagi kehidupan manusia dan kualitas udara yang buruk mengakibatkan tiga juta kematian setiap tahunnya. Pencemaran udara dapat disebabkan oleh sumber alami, termasuk letusan gunung api dan kekeringan ekstrem, atau aktivitas manusia, termasuk emisi kendaraan bermotor, industri, dan pembakaran lahan dan hutan. Sumber emisi memancarkan berbagai jenis polutan yang memiliki karakteristik dan dampak yang beragam. Namun, penelitian yang belum dilakukan adalah mengenai risiko dari berbagai polusi udara. Sehingga untuk mengidentifikasi proses mitigasi multi-polutan, khususnya di Asia Tenggara yang memiliki sumber polusi udara dinamis dan dapat melintasi batas-batas negara. Dalam penelitian ini, tujuan utamanya adalah untuk mengembangkan produk multi-risiko polusi udara untuk gas CO, NO2, dan SO2 berdasarkan data penginderaan jauh Sentinel-5P dari tahun 2019-2020. Risiko polusi udara dikembangkan dengan mengintegrasikan bahaya, kerentanan, dan analisis paparan. Analisis bahaya mempertimbangkan data polusi udara dari penginderaanjauh, analisis kerentanan mempertimbangkan sumber polusi udara, dan analisis paparan mempertimbangkan kepadatan penduduk. Kebaruan dari studi ini aterletak pada pengembangan model multi-risiko polusi udara dengan mempertimbangkan bobot yang dikembangkan dari hubungan antara parameter bahaya dan kerentanan. Nilai risiko polusi udara tertinggi diamati di daerah perkotaan, dengan paparan tinggi yang berasal dari polusi udara yang disebabkan oleh aktivitas manusia. Hasil analisis multi-risiko polusi udara ketiga polutan udara tersebut menunjukkan bahwa Singapura, Vietnam, dan Filipina memiliki persentase wilayah berisiko tinggi terbesar, sedangkan Indonesia memiliki wilayah berisiko tinggi terbesar (12872 km2). Dengan penelitian ini, pola dan karakteristik distribusi risiko berbagai polutan udara dapat diidentifikasi di Asia Tenggara, yang dapat digunakan untuk membantu memitigasi sumber multi-polutan, khususnya dalam mendukung target udara bersih dalam Sustainable Tujuan Pembangunan (SDGs).