digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Kelelahan kerja adalah faktor dominan yang menyebabkan kecelakaan kerja, termasuk di bengkel alat berat tambang. Secara umum, kelelahan kerja dipengaruhi oleh kapasitas fisik individu, kecukupan tidur, shift kerja, dan beban kerja. Berbagai penelitian telah dilakukan untuk mengembangkan berbagai indikator untuk mendeteksi kelelahan kerja, dengan hasil yang belum memuaskan. Tujuan penelitian ini adalah mencari hubungan antara kelelahan kerja dengan kesiapan kerja harian, kemudian mengembangkan lebih lanjut indikator kelelahan kerja berbasis kesiapan kerja harian, dengan fokus pada pekerjaan bengkel di pertambangan. Hipotesis awal yang dikembangkan adalah kelelahan kerja diduga berhubungan secara signifikan dengan kesiapan kerja harian, suatu konsep yang masih terbatas dikaji dalam penelitian sebelumnya. Penelitian ini terbagi menjadi dua tahap, yaitu studi lapangan dan studi eksperimen. Studi lapangan bertujuan untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang berkontribusi terhadap kesiapan kerja harian, dan mengkaji hubungan kesiapan kerja harian dan kelelahan kerja. Studi lapangan ini menggunakan desain longitudinal study, dan melibatkan 21 partisipan yang bekerja di shift pagi dan shift malam, dengan jeda pergantian shift selama tiga atau lima hari. Data yang diambil adalah waktu reaksi rata-rata, jumlah kesalahan total, dan estimasi VO2 maksimum. Hasil studi lapangan menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan dari shift kerja pada kesiapan kerja harian (p < 0,05). Interaksi shift kerja dan kapasitas fisik individu berpengaruh secara signifikan terhadap kesiapan kerja harian (p < 0,05), meskipun kapasitas fisik tidak berpengaruh secara langsung terhadap kesiapan kerja. Hubungan antara kesiapan kerja harian dan kelelahan kerja terbukti kuat dan signifikan (r = 0,69; p < 0,05). Teknisi yang memiliki tingkat kesiapan kerja harian yang lebih baik, ternyata mengalami kelelahan kerja yang lebih ringan. Studi eksperimen dilakukan dengan melibatkan 17 partisipan, menggunakan Vicon motion capture system. Studi eksperimen menerapkan cross sectional study. Partisipan diminta untuk melakukan simulasi perakitan dan simulasi pengangkatan material di laboratorium. Partisipan melaksanakan simulasi tersebut dari kondisi siap kerja sampai mengalami kelelahan. Data yang dikumpulkan merupakan indikator kinematika, khususnya sudut dan kecepatan sudut, pada lima titik persendian (sendi siku kiri, sendi lutut kiri, sendi siku kanan, sendi lutut kanan, dan sendi punggung bawah), yang diduga menjadi alternatif indikator kesiapan kerja harian. Studi eksperimen ini menggunakan metode validasi konkuren (concurrent validity test), yakni mengukur korelasi antara indikator sudut dan kecepatan sudut dengan indikator acuan yang telah teruji (CoP area 95%). Hasil studi eksperimen pada simulasi perakitan menunjukkan bahwa indikator kecepatan sudut siku kiri merupakan indikator yang valid dan dapat membedakan tingkat kesiapan kerja harian (r = 0,53; p < 0,05). Selain itu, kecepatan sudut siku kiri memiliki nilai sensitivity yang tinggi (75%), dan nilai positive predictability sangat tinggi (92%). Pada simulasi pengangkatan, empat indikator diketahui valid untuk mengukur kesiapan kerja harian, yaitu kecepatan sudut siku kiri (r = 0,59), kecepatan sudut lutut kanan (r = 0,63), kecepatan sudut siku kanan (r = 0,81), dan kecepatan sudut punggung bawah (r = 0,69). Kecepatan sudut siku kiri, kecepatan sudut lutut kanan, kecepatan sudut siku kanan, kecepatan sudut punggung bawah mempunyai nilai sensitivity berturut-turut sebesar 63%, 63%, 50%, dan 63%, serta nilai positive predictability berturut-turut sebesar 50%, 63%, 50%, dan 56%. Indikator kecepatan sudut siku kanan merupakan indikator terbaik untuk mengukur kesiapan kerja harian, karena memiliki nilai korelasi yang paling kuat dengan indikator acuan (r = 0,81). Kesimpulan dari hasil studi adalah adanya hubungan yang kuat dan signifikan antara kesiapan kerja harian dengan kelelahan kerja (r = 0,69; p < 0,05). Semakin baik kesiapan kerja, maka semakin ringan kelelahan kerja. Selain itu, kesiapan kerja dipengaruhi oleh shift kerja, dan interaksinya dengan kapasitas fisik individu. Kesiapan kerja dapat diukur dengan kecepatan sudut sendi siku, pada sisi tangan yang menahan beban terberat. Pada pekerjaan perakitan, kesiapan kerja harian lebih baik diukur dengan indikator kecepatan sendi siku kiri. Pada pekerjaan pengangkutan material, kesiapan kerja lebih baik diukur dengan indikator kecepatan sendi siku kanan. Selain itu, tingkat kesiapan kerja harian yang baik cenderung ditunjukkan oleh indikator kecepatan sudut yang rendah. Indikator kesiapan kerja harian dapat digunakan untuk mendeteksi kelelahan kerja, karena adanya hubungan kuat dan signifikan antara kesiapan kerja harian dan kelelahan kerja.