Listrik merupakan kebutuhan yang sangat penting untuk menunjang kehidupan
manusia. Di dunia modern dengan perkembangan teknologi yang kian canggih dan
pesat, listrik memiliki peran yang sangat penting dan vital. Namun sayang, kemudahan
ini tidak dapat dirasakan oleh semua manusia karena daerah tempat tinggalnya belum
teraliri listrik. Di Indenesia ada setidaknya 346 desa yang belum teraliri listrik baik dari
grid PLN atau off-grid. Untuk melistriki daerah terpencil dan pada medan yang sulit,
dapat digunakan alternatif sistem tenaga listrik hibrida off-grid yang memanfaatkan
sumber daya terbarukan dan memadukannya dengan penggunaan generator diesel
untuk menjamin ketersediaan pasokan listrik akibat sifat energi terbarukan yang
variabel/intermiten. Penelitian ini mengambil lokasi di Pulau Matakus sebagai studi
kasus karena di pulau ini belum teraliri listrik. Sistem pembangkitan dibagi menjadi
dua untuk melayani beban komunal/rumah tangga dan beban administratif. Konfigurasi
sistem yang paling optimal untuk memberikan suplai pada beban komunal terdiri dari
4.86 kW solar PV, 2 kW turbin angin, 6 kW genset, dan 12 kWh baterai dengan LCOE
Rp3.450/kWh dan mencapai 53,5% RE share. Sedangkan untuk beban administratif,
konfigurasi optimal berasal dari 100% energi terbarukan, yang terdiri dari 2,63 kW
solar PV, 1 kW turbin angin, dan 8 kWh baterai dengan LCOE Rp4.075/kWh. Analisis
sensitivitas yang dilakukan menunjukkan sistem energi hibrida robust terhadap
perubahan harga komponen dan peningkatan beban listik.